21 | Pacar Kamu Siapa?

8.1K 920 365
                                        

21 | Pacar kamu siapa?

Vote dulu sebelum membaca :)

Komentar kalian juga sangat berharga bagiku :)

Happy Reading!!

---

"Jangan meminta aku untuk menjauhinya jika kamu sendiri tidak mau untuk menjauh dari si wanita pengganggu itu!"—Magika Anandini

---

"Buset dah, gandengan tangan terus bang, kaya mau nyebrang aja!" celetuk Alan ketika ia melihat Magenta dan Magika datang dari arah timur sambil bergandeng tangan.

"Iri bilang, gak usah bacot aja lu!" sahut Magenta sambil terkekeh.

Rafael ikutan tersenyum, namun ada satu hal yang menarik perhatiannya. Yaitu wajah Magika yang terlihat sembab seakan cewek itu baru saja menangis. Rafael pun akhirnya memilih bertanya mengenai penyebab wajah Magika yang menjadi sembab seperti itu.

"Oh, ini tadi ada artis korea gitu yang cerai katanya Gika." Magenta menyerobot untuk menjawab, padahal sebelumnya Rafael bertanya pada Magika, bukan kepadanya.

"Idih lebay lu!" cibir Alan, "Mereka tau lu ada dan bernapas aja kagak, ngapain sampe harus nangis gitu sih."

"Biarin!" jawab Magika enggan melanjutkan perbincangan dengan Alan, matanya lalu melirik ke arah Rafael. "Kak Rafa, Tasya mana? Kok enggak diajak?"

"Oh Tasya, dia lagi marathon drama korea tuh di rumah. Nggak bisa diganggu gugat," ucap Rafael, dan Magika menganggukan kepalanya sambil membulatkan mulut.

Mereka ber lima pun langsung memasuki arena amusement park itu usai membeli tiket masuk terlebih dahulu. Banyak wahana yang kelihatannya menarik di sana sampai-sampai mereka bingung harus naik yang mana duluan.

Mata Magika lantas tertuju pada wahana roller coaster yang tak jauh di hadapannya. Meski antriannya cukup panjang, Magika rasa wahana itu cukup worth it untuk dicoba. Apalagi teriakan-teriakan dari orang-orang yang menaiki wahana tersebut terdengar begitu histeris, Magika jadi tidak sabar untuk segera memacu adrenalinnya di sana.

"Kita main roller coaster aja!" Seru Magika sambil menunjuk wahana tersebut.

Alan menatap wahana yang memacu adrenalin tersebut, dia meneguk salivanya kasar, keringat dingin mulai bercucuran, wajahnya terlihat berubah pucat, cowok itu pun menggelengkan kepalanya. "Enggak! Gak setuju gua!"

Semua menoleh ke arah Alan, masing-masing dari mereka menautkan alisnya, menatap Alan dengan gestur bertanya, kenapa?

"Lo gak berani?" tebak Magika begitu saja.

"Berani gue!" jawab Alan lantang.

"Ya terus?" kali ini Magenta yang bertanya, sebelah alis tebalnya terangkat naik.

"Males ngantri gue," ucap Alan. Dia menjadikan atrian yang panjang sebagai kambing hitam, padahal sebenarnya dia memang tidak berani menaiki wahana itu. Takut mabok, pusing, mual, lalu muntah.

Seolah menangkap Gelagat Alan yang tidak berani naik wahana roller coaster tapi sok-sok an beralasan malas mengantri, Magika menarik senyum miringnya. "Halah, tinggal bilang gak berani aja susah banget," ucapnya, lalu cewek itu mencebikkan bibirnya dan mengarahkan jari jempolnya ke bawah. "Cowok apaan lo, cupu!"

"Dih, ini lo nggak berani Lan?" kekeh Rafael.

"Berani gue, Cuma males ngantri aja." Alan masih saja berusaha ngeles.

MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang