27 | Sorry
Vote sebelum baca jangan lupa:)
Komen sebanyak-banyaknya kalau bisa:)
Setiap kata wajib dibaca! No skip, oke:)
Happy Reading!
---
You said you never mean, but you did it. You hurt me, so bad.
---
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang kala Magenta tiba di rumah Magika. Masalah ini tidak boleh berlarut-larut, Magenta harus menyelesaikannya segera. Benar kata Rafael, dia memang harus meminta maaf apabila keputusannya kemarin menyakiti Magika, meski sebenarnya tidak ada sedikitpun maksud Magenta untuk menyakiti Magika—pacarnya sendiri.
Semua terjadi hanya karena perbedaan persepsi diantara mereka berdua.
Dengan satu kantong kresek makanan sebagai buah tangan Magenta turun dari motor matic putihnya. Dia mengetuk pintu rumah Magika beberapa kali sebelum akhirnya pintu terbuka dan menampakkan seorang wanita parubaya dengan daster batik, dia adalah Mala—Mama dari Magika.
Magenta dengan sopan menyalami tangan wanita itu—wanita yang semoga saja bisa menjadi ibu mertuanya di masa depan.
"Apa kabar tante?" tanya Magenta berbasa-basi, sudah lama juga rasanya sejak terakhir kali dia bertemu dengan wanita itu.
"Baik," jawab Mala. Namun aneh, nada bicaranya terdengar tidak sehangat dan seramah biasanya meski wanita itu tersenyum kepada Magenta.
"Kamu ada masalah apa sama Gika?" tanya wanita itu to the point. Dari situ Magenta langsung bisa tahu alasan Mala tidak bersikap sehangat biasanya.
Magenta terlihat gugup, dia menggaruk belakang tengkuknya yang sebenarnya tidak terasa gatal. "Anu tante... Salah paham aja sebenernya," jawab Magenta.
"Beneran salah paham doang?" tanya Mala kembali, matanya memicing curiga. Magenta pun meresponnya dengan anggukan kepala yang terkesan kaku.
"Kemarin Magika pulang sambil nangis, dia diantar Rafael. Dari situ tante nebak kalau masalah Magika itu sama kamu. Dia belum keluar kamar dari kemarin, tante tanya kenapa juga gak mau cerita," tutur Mala.
"Iya tante, Genta hubungi dari kemarin juga gak bisa."
Sedari kemarin Magenta mencoba untuk menghubungi Magika, namun ketika di telepon tidak pernah diangkat. Magenta coba chat juga hanya centang satu, tidak kunjung berubah jadi centang dua abu-abu, apalagi centang dua biru.
Foto profil Magika pun mendadak berubah hilang, ini memantik kecurigaan Magenta kalau nomornya sudah di-block oleh Magika.
"Yaudah masuk aja, Magika ada di kamar. Kalau ada kesalahpahaman diluruskan."
Magenta menganggukan kepalanya, memang itulah niatnya hari ini datang berkunjung ke rumah Magika. Cowok itu pun menelusuri bagian rumah Magika, mulai dari ruang tamu, ruang tengah sampai ke tangga yang menuju ke lantai dua.
Baru saja satu kaki Magenta menapaki anak tangga, suara Mala yang memanggil menginterupsinya. Magentapun menghentikan langkahnya lalu menoleh.
"Jangan mentang-mentang kamu dibolehin masuk kamar Gika, kamu bisa macem-macem. Rumah ini ada cctv-nya. Kalau kamu sampai macem-macem, tante bakal laporin ke mama kamu." Mala memperingatkan Magenta agar cowok itu tidak kelewat batas saat bersama putri bungsunya berduaan di kamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Teen Fiction(SEQUEL MAGENTA) Sesuai dengan arti namanya, Magika berarti keajaiban, atau dalam istilah lain disebut dengan Miracle. Begitulah penggambaran sosok Magika di hidup Magenta. Magika adalah sebuah keajaiban yang membuat Magenta tersadar, bahwa terkadan...