7 | Medusa diantara kita
Budayakan Vote sebelum membaca dan komentar setelah membaca, ehe :)
Terimakasih yang sudah menunggu kelanjutan cerita ini.
1941 KATA, PANJANG BANGET. JADI KOMENTAR YANG BANYAK JUGA YA!
Semoga Suka,
Selamat membaca!!
--
Kelas di pagi hari, mungkin adalah jam-jam paling menyebalkan bagi para Mahasiswa. Bagi yang suka bangun siang, jam tidur mereka pasti akan terganggu. Alhasil mereka biasa datang dengan muka beler khas orang yang baru bangun tidur, bahkan ada pula yang tidak mandi dan langsung berangkat ke kampus. Dan manusia bernama lengkap Alano Ferdinand mungkin adalah perpaduan yang
sempurna dari keduanya.“Ini lo pakai parfum berapa botol dah Lan?” celetuk Magenta, dia menutup hidungnya karena bau parfum Alan benar-benar begitu menyengat.
“Lebay lo Gen, berapa semprotan doang ini mah,” jawab Alan yang tengah bersandar di tembok koridor kampus. Mereka sekarang memang belum masuk ke kelas karena dosen pengampu mata kuliah hari ini belum hadir.
“Gak mandi lagi ya lo?” tebak Rafael yang sebelumnya tengah asyik bermain ponsel.
Alan hanya nyengir kuda, bukan rahasia umum lagi jika pada saat kelas pagi Alan tidak mandi. Paling-paling cowok itu hanya cuci muka, cuci ketek, ganti baju, dan parfuman, itu saja. Sudah. Rafael dan Magenta benar-benar sudah hafal tabiat cowok yang satu itu.
Tiba-tiba saja satu persatu mahasiswa yang sudah berada di dalam kelas sebelumnya beranjak keluar. Magenta berdiri dan memberhentikan salah seorang temannya dan bertanya kenapa mereka semua keluar ruangan.
“Pindah lokal?” tanya Magenta.
“Enggak, Dosennya gak bisa dateng. Perkuliahan diganti besok sore,” jawab teman Magenta.
Mendengar jawaban itu jelas Magenta menjadi kesal bukan main. Ya bagaimana tidak coba? Sudahlah dia harus datang pagi ke kampus, buang-buang bensin, buang-buang tenaga, eh dosennya dengan seenaknya saja mengganti jam perkuliahan. Tahu begini menyesal dia bangun lebih pagi.
“Kenapa Gen?” tanya Alan yang kini berdiri di sebelah Magenta, diikuti oleh Rafael.
“Dosennya gak hadir. Sialan banget emang!” Magenta menggerutu dengan muka yang benar-benar terlihat kesal.
“Yaudahlah, ngantin aja yuk,” ajak Rafael.
Mungkin Rafael adalah satu-satunya manusia di sini yang ekspresi wajahnya biasa saja, malah cenderung sumringah. Berbeda dengan Magenta dan Alan yang mukanya sudah benar-benar kusut. Hal ini jelas memantik pertanyaan di benak Magenta.
“Lo kenapa biasa aja coba?” tanya Magenta heran.
“Tau, daritadi gue perhatiin malah senyum-senyum sendiri sambil main handphone,” tambah Alan.
Magenta tersenyum jahil sambil menatap ke arah Rafael, “Tipe-tipe bucin baru nih, senyum senyum sendiri pas baca chat doi,” ucap Magenta, kemudian ia merangkul Rafael yang memiliki tinggi hampir
setara dengannya. “Lo naksir sama cewek mana hah? Biar gue bantu deketin.”Rafael terlihat tersenyum malu-malu, ia melepas rangkulan dari Magenta dan memilih berjalan duluan menuju kantin. “Kepo lo pada!” ucapnya.
Alan dan Magenta berjalan cepat menyamai langkah Rafael yang terlebih dahulu berada di depan mereka. Sepanjang jalan menuju kantin mereka terus memberondong Rafael dengan pertanyaan mengenai siapakah cewek yang di taksir oleh cowok itu, namun Rafael masih kukuh enggan memberi tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Teen Fiction(SEQUEL MAGENTA) Sesuai dengan arti namanya, Magika berarti keajaiban, atau dalam istilah lain disebut dengan Miracle. Begitulah penggambaran sosok Magika di hidup Magenta. Magika adalah sebuah keajaiban yang membuat Magenta tersadar, bahwa terkadan...