22 | Pilihan

8.2K 1K 392
                                    

22 | Pilihan

Vote sebelum baca jangan sampai lupa.

YANG KOMENNYA RAME AKU DOAIN KLEAN DAPET PACAR YANG GANTENG KAYA ABWANG GENTA, EHE :)

Happy Reading

---

"Kita memang tidak pernah bisa tahu apa yang akan terjadi di masa depan, namun apapun itu aku akan berusaha untuk tetap berada di sisimu."—Magenta Ardhiyasa.

---

Magika baru bisa bernapas lega ketika dia bisa terbebas dari antrian panjang yang hendak menjajal wahana carousel. Dapat dimaklumi, antrian yang mengular itu karena hari ini adalah hari libur, di mana pengunjung amusement park ini tentu jauh lebih banyak dari biasanya.

"Untuk berapa orang Mas?" tanya salah seorang wanita yang merupakan pegawai di amusement park itu.

"Tiga orang," jawab Magenta.

"Maaf mas, cuma sisa untuk dua orang. Untuk orang selanjutnya bisa menunggu ride berikutnya, gimana?"

"Udah, yang naik duluan gue sama lo aja Gen," ucap Gista cepat.

Gista yang notabene berada di belakang membuat Magika menoleh dengan tatapan tajam. Bagaimana bisa Gista berbicara seperti itu di saat Magenta tengah bersama Magika yang jelas-jelas adalah pacarnya.

"Enggak bisa lah! Apa-apaan banget lo!" balas Magika sengit. "Lo kan posisinya di belakang, enak banget lo main nyerobot tempat gue!"

"Maaf mbak jangan ribut," ucap si wanita itu memperingatkan. "Jadinya gimana ini?"

Magika membalikan badannya kedepan kembali. "Saya aja yang naik mbak," ucap Magika, lalu ia menoleh ke arah Magenta. "Aku bakalan kecewa kalau kamu lagi-lagi nggak berpihak sama aku Gen," tambahnya, Dengan langkah panjang Magika akhirnya meninggalkan Magenta dan juga Gista.

Jika Magenta masih saja tidak bisa tegas terhadap Gista, maka Magika lah yang harus bisa tegas terhadap Magenta. Magika harus bisa membuat Magenta sadar bahwa sejatinya posisi Gista jauh lebih rendah di bawahnya.

Melihat perginya Magika, Magenta jadi bimbang. Dia Gegana—Gelisah, Galau, dan Merana. Di satu sisi tentu ia tidak ingin mengecewakan hati Magika, namun di sisi lain ada hati yang juga harus ia jaga. Magenta juga tidak mau pula meninggalkan kesan yang kurang baik pada Gista.

"You gonna stay by my side kan Gen?" tanya Gista, dia memegang lengan Magenta seolah enggan membiarkan cowok itu pergi dari sisinya.

Magenta menghela napasnya berat. Salah satu dari mereka memang harus Magenta pilih, entah apa resiko yang akan dihadapinya kelak, Magenta tidak peduli.

Cowok itu menggenggam tangan Gista yang memegangi lengannya, dia menatap Gista selama beberapa detik membuat Gista harap-harap cemas dengan keputusan yang di ambil Magenta. Lalu perlahan Magenta mengenyahkan tangan cewek itu yang memegang lengannya erat. "Gis, sorry."

"Lo ninggalin gue Gen?" tanya Gista tidak percaya.

"Lo pasti ngerti posisi gue Gis, sorry," ujar Magenta, kemudian cowok itu berlalu. Dia benar-benar meninggalkan Gista.

Gista mengepalkan tangannya, dadanya naik turun tak beraturan. Dia kesal karena ternyata dia bukanlah orang yang dipilih oleh Magenta, padahal tadinya Gista sudah yakin betul bahwa Magenta akan memilihnya kembali. Namun Gista salah, ternyata Magika terlalu kuat posisinya untuk dapat ia geser.

MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang