12 | Masalah Restu

8.3K 938 89
                                    

12 | Masalah Restu

Vote sebelum baca jangan lupa :)

Bab ini sedikit aga serius, jadi yaudah nikmati aja :)

H A P P Y R E A D I N G !!

---

Usai acara perayaan ulang tahun Meta—Mama Magenta, yang diisi dengan acara potong kue, tiup lilin, juga makan bersama dengan seluruh tamu undangan, Meta memanggil Magika untuk ikut bersamanya menuju kamar.

Magika menurut saja, mengikuti Meta sampai di dalam kamarnya. Meski begitu benaknya bertanya-tanya mengenai hal apa yang sebenarnya ingin Meta bicarakan dengannya, apalagi hanya berdua. Jadi, apakah ini hal yang serius?

"Duduk Gi." Meta menepuk kasurnya yang empuk, meminta agar Magika ikut duduk di sana bersamanya.

Magika menganggukan kepalanya sambil tersenyum simpul, dia pun mengambil posisi duduk di sebelah kanan Meta.

"Kuliah kamu gimana?"

"Ya... Gitu tante," jawab Magika cengengesan. Agak bingung saja menjawab bagaimana kuliahnya saat ini, semua menurut Magika berjalan baik-baik saja . Magika masih mengumpulkan setiap tugas yang diberikan tepat waktu, meski cara pengerjaannya dengan SKS—sistem kebut semalam.

"Hubungan kamu sama Genta, gimana?"

"Baik-baik aja," jawab Magika. Meski memang terkadang belakangan ini mereka sering cek cok, namun semuanya masih dalam batas wajar Magika rasa. Tidak ada satupun hubungan yang berjalan mulus-mulus saja, pasti ada kerikil-kerikil tajam di dalamnya. Hanya saja tinggal dikembalikan kepada individunya masing-masing, bagaimana mereka menghadapi kerikil tajam tersebut.

"Hubungan kalian mau dibawa ke mana?"

"Ya kalau harapan aku sama Genta pasti kita pengennya serius Tan. Tapi gak sekarang, Genta bilang harus nunggu dia sukses dulu baru dia bakalan ngelamar aku Tante."

"Kamu dipilih Genta, berarti kamu memang yang terbaik menurut dia. Tante mendukung apapun pilihan Genta. Tante merestui kamu sama Genta. Tapi orang tua kamu? Mama kamu terutama, apa dia akan tetap setuju kalau tahu tante mamanya Magenta?" tanya Meta, nada bicaranya terdengar serius. "Tante nggak pernah mempermasalahkan masa lalu antara mama kamu dan tante, tapi mama kamu. Apa dia bisa menerima tante sebagai calon besannya?" sambung Meta kembali.

Magika menghela napasnya panjang. Dia sama sekali belum pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Mengingat permasalahan yang pernah terjadi diantara mamanya juga Meta, membuat Magika menjadi tidak yakin bahwa Mala masih akan tetap setuju dengan Magenta.

Permasalahan itu memang terjadi puluhan tahun yang lalu, saat keduanya masih sama-sama remaja. Namun nampaknya semuanya masih membekas hingga kini. Terutama dibenak Mala—mama Magika.

"Lebih baik kamu bicara dengan mama kamu soal semua ini. Lebih cepat lebih baik Gi. Kamu pasti gak ingin semuanya berantakan disaat kamu dan Genta sudah benar-benar serius nanti," ucap Meta, dia menepuk pundak Magika beberapa kali.

Usai kalimat itu, pembicaraan mereka selesai. Magika meminta izin untuk pulang karena saat ini malam sudah menjelang.

Ketika Magika keluar dari kamar, ternyata Magenta tengah menantinya di luar. Cowok itu bersandar di tembok dengan tangan yang terlipat di dada.

"Ngobrolin apa sama Mama?" tanya Magenta.

Magika menggelengkan kepalanya, "Bukan apa-apa kok, Mama kamu Cuma nanyain hubungan kita berdua gimana," jawab Magika disertai senyum tipis yang sebenarnya sedikit dipaksakan. Mana bisa juga Magika tersenyum tulus di saat otaknya tengah pening memikirkan hubungannya yang berada di ujung tanduk karena sangat mungkin terganjal restu dari mamanya.

MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang