31 | Surprise Party

7.5K 1K 737
                                    

31 | Surprise Party

Like sebelum membaca jangan lupa!!

Selamat membaca!!

---

Magenta tengah duduk di ruang keluarga sambil bermain playstasion ketika ponselnya tiba-tiba saja berbunyi sekaligus bergetar. Awalnya dia mengabaikan panggilan itu karena saat ini Magenta tengah asyik-asyiknya bermain. Namun berulang kali diabaikan, berulang kali pula ponselnya berbunyi, hingga pada akhirnya Magenta tidak betah juga. Cowok itu berdecak, dia menekan tombol pause lalu meraih ponsel yang berada tak jauh darinya.

-Medusa is calling-

Menatap nama Medusa yang tertera di layar, Magenta mengerutkan keningnya. Kenapa Gista menelponnya? Apalagi sampai berulang kali seperti ini, tanpa pikir panjang Magenta mengangkat panggilan itu karena siapa tahu saja ada hal penting yang hendak Gista sampaikan kepadanya.

"Halo Gis, kenapa?"

"Ini mas Genta?" ucap seorang wanita dari seberang sana, dari suaranya Magenta langsung bisa tahu bahwa itu bukanlah Gista.

"I.. iya, saya Genta. Ini siapa, kok pake nomornya Gista?" tanya Magenta, dahinya berkerut.

Terdengar suara helaan napas dari seberang sana, lalu wanita itu pun kembali berbicara. "Saya Lastri, pembantu di rumahnya non Gista. Mbak Gista demam udah dua hari tapi saya ajak ke dokter enggak pernah mau."

"Terus kondisinya sekarang gimana?" tanya Magenta, terdengar dari intonasinya bahwa dia mulai panik.

"Panasnya 39 derajat, saya bingung mas harus gimana. Mas bisa ke sini untuk ngebujuk Non Gista supaya mau ke dokter."

"Yaudah, iya. Saya ke sana sekarang," ucap Magenta, dia memutus panggilan itu dan segera berlari ke lantai atas untuk berganti pakaian.

Dia melepas celana boxer hitamnya lalu diganti dengan celana hitam panjang, Magenta mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu, lalu ia mengambil kunci motor yang tergeletak di atas nakas.

Magenta bergerak cepat keluar rumah bahkan cowok itu sampai lupa untuk mengabari manmanya bahwa ia akan pergi ke luar. Magenta terlalu terburu-buru karena dia mengkhawatirkan kondisi Gista.

Magenta melajukan motor matic putihnya dengan kecepatan tujuh puluh kilometer perjam, kecepatan yang cukup tinggi bagi pengendara yang melintasi jalan super padat di kota Jakarta. Berulang kali Magenta melintasi jalan tikus hanya supaya dia bisa sampai di rumah Gista lebih cepat.

Sampai di rumah Gista, terlihat ada pemandangan yang sedikit berbeda, karena kali ini gerbangnya tidak lagi tertutup seperti biasa. Namun Magenta tidak ambil pusing, barangkali para penjaga rumah ini sudah tahu bahwa Magenta akan datang.

Turun dari motornya, Magenta langsung bergegas menuju pintu utama rumah itu. Dia mengetuknya beberapa kali sampai akhirnya seorang wanita berusia tiga puluh tahunan keluar membukakannya pintu.

"Mas Genta kan?" tanya wanita itu.

"Iya, Gista gimana keadaannya?" Magenta balas bertanya.

"Ada di kamar mas, naik aja, kamarnya di lantai dua paling ujung sebelah kiri," jawab wanita itu, dia menyingkir dan membiarkan Magenta untuk masuk.

Magenta mengangguk, dengan gerakan cepat Magenta langsung masuk ke rumah yang sempat beberapa kali ia kunjungi. Magenta menaiki anak tangga dengan cepat, lalu sampai di lantai dua dia langsung menuju ke ruangan yang paling ujung di sebelah kiri—tepat seperti yang wanita tadi katakan.

MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang