35 | Kebohongan
Vote comment dan share jangan lupa!
Happy Reading!
---
Ternyata semua kata-kata manismu tidak lebih dari sekedar omong kosong
---
"Kamu tuh ngapain sih jam segini ke sini?" ucap Mala yang baru saja kembali dengan membawakan kapas dan juga seperangkat obat-obatan untuk membersihkan luka-luka yang ada di tubuh Magenta.
"Genta mau ketemu Gika tante," jawab Magenta jujur.
Mala menghela napas sambil menggelengkan kepalanya. Memang dasar anak muda jaman sekarang, ada-ada saja kelakuannya.
"Yaudah Gi, kamu bersihin lukanya. Mama mau ke dalem dulu."
Magika menganggukan kepalanya, selepas kepergian Mala, Magika mulai mengobati luka-luka di tubuh Magenta dengan telaten.
"Gi, maaf ya," ucap Magenta tiba-tiba.
Magika yang tengah menuang alkohol di kapas mendadak menghentikan aktivitasnya, cewek itu menatap Magenta dengan raut wajah bingung. Bingung unuk apa juga Magenta meminta maaf.
"Maaf bikin surprise yang cape-cape kamu siapin berantakan gitu aja," ucap Magenta kembali seakan mengerti apa yang ada di pikiran Magika.
Magika menganggukan kepalanya, dia kembali mengusap kapas yang sudah ditetesi alkohol itu ke wajah Magentan secara perlahan-enggan membuat Magenta kesakitan karenanya.
"Lagian kamu ke mana sih? Kan udah aku bilang jangan keluar rumah," ucap Magika, nadanya terdengar dia kesal karena Magenta tidak mendengarkan ucapannya.
Magenta diam seribu bahasa, entah dia harus menjawab seperti apa. Berkata bahwa dia pergi dengan Gista ke we the fest rasanya bukanlah satu pilihan yang baik. Magika pasti akan marah kepadanya, bahkan mungkin hubunganny terancam berakhir dan Magenta masih belum siap untuk itu. Magenta hanya diam sembari menatap wajah Magika yang posisinya begitu dekat dihadapannya.
Melihat Magenta yang diam saja padahal Magika benar-benar menantikan jawaban dari cowok itu membuat Magika berdecak. "Kenapa nggak jawab? Rahasia banget emangnya sampe-sampe aku nggak boleh tahu?"
"Nggak gitu Gi."
"Terus gimana? Kamu pergi sama Medusa?" tebak Magika, spekulasi itu terasa cukup masuk akal. Karena entah secara kebetulan atau memang disengaja Magenta dan Gista sama-sama tidak bisa dihubungi di waktu yang bersamaan.
Magenta masih diam, lidahnya terlalu kelu untuk berucap. Dia tidak bisa berbicara jujur, karena hubungannya tengah dipertaruhkan di sini. Magenta juga bingung, dia harus beralibi macam apa pada Magika.
"Aku tanya untuk dapat jawaban, bukannya lihat kamu diem begini," ucap Magika kembali saat dirinya tidak kunjung mendapat jawaban dari Magenta.
"Aku... Aku pergi nonton konser sama sepupu aku," jawab Magenta pada akhirnya, jantungnya berdetak begitu kencang khawatir Magika tidak mempercayainya.
Mata Magika memicing mendapati keganjilan dari ucapan Magenta. "Sepupu?" tanya Magika, "Siapa? Kok gak cerita dulu? Kenapa mama kamu sampe bisa enggak tahu juga?"
"Dadakan gitu aja soalnya Gi, pas mau ngabarin mama handphone aku lowbatt."
Magika menghela napasnya pelan. "Pantes aja aku telpon gak nyambung. Gen, lain kali kalau mau kemana-mana kabarin dulu, kasian mama kamu khawatir anaknya nggak pulang-pulang."
"Iya, maafin aku Gi."
"Lain kali jangan gitu lagi."
"Iya aku janji," ucap Magenta dia tersenyum. "Aku udah buka kadonya, thanks banget ya sayang. Kamu niat banget kayanya bikin semua ini buat aku."
Magika ikutan tersenyum menatap Magenta. "Happy birthday ya Gen. Kamu lagi ulang tahun malah jadi babak belur gini, bapak-bapak tadi emang bar-bar banget. Gantengnya jadi luntur seketika deh."
"Ya emang salah aku juga sih," ucap Magenta, dia terkekeh. Ansai saja dia memilih jalur dan waktu yang sedikit lebih normal mungkin ia juga tidak akan dituduh maling dan dihajar masa seperti ini.
"Kamu marah nggak sih sama aku? Atau at least kesel gitu?" tanya Magenta.
"Kesel pasti lah," ucap Magika jujur. "Tapi aku sadar, memangnya aku siapa juga bisa ngekang kamu," tambah Magika lagi. Setelah dipikir-pikir mengekang Magenta, melarangnya ini dan itu tidak bisa dibenarkan sama sekali. Itu sama saja dengan Magika merampas kebebasan dan hak-hak Magenta.
"Gi, aku malah seneng kamu larang ini itu. Aku seneng, karena gimanapun secara nggak langsung itu membuktikan bahwa kamu sayang sama aku," ucap Magenta, cowok itu meraih tangan Magika menggenggamnya dengan lembut. Dia menatap Magika dengan tatapan yang dalam. "Makasih ya Gi, you are the best present that I got in this world."
Magika tersenyum malu-malu, pipinya memanas, juga jantungnya berdebar tak karuhan-persis seperti biasa. Perlahan Magika melepaskan tangannya dari genggaman Magenta, terlalu lama bersentuhan dengan Magenta tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
"Udah nggak usah kebanyakan gombal kamu," ucap Magika.
Magenta terkekeh pelan. "Kok gombal sih? Aku serius sayang."
"Bodo amat deh mau serius apa cuma gombal, mendingan sekarang kamu pulang aja. Kamu ganggu orang tidur doang tau nggak!"
Tiba-tiba saja Magenta memeluk Magika dengan begitu eratnya-seakan ia tak punya hari esok lagi untuk memeluk cewek itu. Magika yang terlalu terkejut hanya bisa terdiam kaku tanpa membalas pelukan dari pacarnya tersebut.
"Ngapain peluk aku sih Gen?"
"I've told you Gika, I miss you so bad,"ucap Magenta begitu lirih, dan tanpa Magenta ketahui Magika melebarkan senyuman di wajahnya.
"CERITA DI HAPUS SEBAGIAN KARENA KEPENTINGAN PENERBITAN.
YANG MAU BACA LENGKAPNYA BISA BELI VERSI NOVEL. TERIMAKASIH 😊
---Tell me how bout your feeling?
Sudah dapat ditebak kan apa yang akan terjadi setelah ini?
Sorry untuk keterlambatan update, aku sedang sibuk beberapa hari belakangan ini. Jadi mohon dimengerti yaa :)
SPAM NEXT UNTUK LANJUT!!
See u on next Chapter!
5 Agustus 2019
Nana
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Teen Fiction(SEQUEL MAGENTA) Sesuai dengan arti namanya, Magika berarti keajaiban, atau dalam istilah lain disebut dengan Miracle. Begitulah penggambaran sosok Magika di hidup Magenta. Magika adalah sebuah keajaiban yang membuat Magenta tersadar, bahwa terkadan...