34 | Merasa Bodoh
Vote comment share jangan lupa :)
Happy Reading!!
---
Aku memang sebodoh itu hingga lebih memilih menghabiskan waktu bersama orang lain, bukannya bersamamu yang jelas mendedikasikan waktumu untukku.
---
Pukul satu malam, motor yang Magenta kendarai baru memasuki pekarangan rumahnya. Suasana telah begitu sunyi, maklum saja karena saat ini sudah lewat tengah malam.
Magenta baru saja melepas helm-nya dan hendak masuk ke dalam rumah ketika dia melihat Mamanya berdiri di ambang pintu dengan tangan yang terlipat di dada. Raut wajah wanita itu terlihat marah, Magenta memahaminya. Memang salahnya juga pergi tidak izin dan jam segini baru kembali ke rumah.
"Kamu dari mana aja jam segini baru pulang?" tanya Meta, wanita itu menatap Magenta dengan tatapan intens.
Magenta mendekat dengan gestur kikuk, cowok itu lantas meraih tangan mamanya dan menyalaminya. "Habis nonton konser tadi."
"Kenapa gak izin mama? At least kalau gak ngomong langsung, telpon lah atau chat kan bisa."
Magenta menghela napasnya, itu memang kesalahannya. Dia pergi tanpa pamit, pulang selarut ini-lalu membuat mamanya khawatir. Namun Magenta punya alasan tersendiri mengapa dia tidak meminta izin mamanya melalui telpon ataupun chat, semua itu karena baterai ponselnya habis. Ponselnya mati total hingga dia tidak bisa menghubungi siapapun dari sana.
"Baterai Magenta habis ma, maaf," ujarnya dengan perasaan bersalah yang mendominasi.
Kali ini ganti Meta yang menghela napas, wanita itu lalu memeluk putra semata wayangnya yang dua puluh satu tahun lalu ia lahirkan di dunia ini. Meta memeluk Magenta dengan erat, dielusnya rambut Magenta dengan penuh kasih sayang.
"Selamat ulang tahun ya Gen, maaf mama baru bisa ucapin sekarang," ucap Meta kala ia telah melonggarkan pelukannya.
Magenta tersenyum sambil mengangguk. "Makasih ya Ma."
"Kamu udah dewasa sekarang, mama gak mau kamu pergi tanpa izin lagi. Jangan buat mama khawatir Gen."
"Iya ma, maafin Genta. Gara-gara Genta mama jadi enggak tidur begini."
Meta tersenyum menatap putranya yang sudah beranjak dewasa itu. "Yaudah kamu masuk, terus tidur."
Magenta mengangguk, langkah kakinya lantas memasuki area rumah. Sampai di ruang keluarga, langkah kaki Magenta mendadak terhenti karena dia melihat sebuah kue tart berbentuk hati bewarna pink ada di atas meja. Magenta pun melihat sebuah bungkusan kado, dan juga balon ber angka dua puluh satu di sana.
"Mama nyiapin ini semua buat aku?" tanya Magenta antusias.
Meta menggelengkan kepalanya, karena jelas bukan dia yang menyiapkan semua ini. "Bukan mama."
"Terus?" Magenta bertanya kembali, sebelah alis tebalnya terangkat naik.
"Temen-temen kamu tadi ke sini, mereka nunggu kamu sampai malam."
"Siapa aja?"
"Rafael, Alan, Jo, Vino, Magika juga ke sini tadi."
Mendengar nama Magika disebut, barulah Magenta tersadar akan sesuatu. Cowok itu baru sadar bawasanya dia telah melanggar janjinya sendiri kepada Magika. Janji untuk tidak keluar hari ini, dan juga janji untuk tidak dekat-dekat dengan Gista kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Teen Fiction(SEQUEL MAGENTA) Sesuai dengan arti namanya, Magika berarti keajaiban, atau dalam istilah lain disebut dengan Miracle. Begitulah penggambaran sosok Magika di hidup Magenta. Magika adalah sebuah keajaiban yang membuat Magenta tersadar, bahwa terkadan...