Vote dulu sebelum baca.
1800 kata lebih, Comment yang rame biar authornya semangat buat lanjutin cerita ini. :)
HAPPY READING!!
🎋
"Gista cantik ya Gen," ucap Magika tiba-tiba di sela-sela makannya.
Magenta yang sebelumnya tengah menyesap minuman melalui sedotan sukses dibuat terbatuk-batuk akibat ucapan Magika yang tiba-tiba. Sebelum ini, Magenta telah memutuskan untuk tidak membahas apapun mengenai Gista. Karena yang ia tahu, membahas cewek itu kemungkinan besar akan membawa pertengkaran dengan Magika. Namun semua itu runtuh sudah, karena Magika yang memulai terlebih dahulu untuk membicarakannya.
"Biasa aja kali gak usah sampe batuk gitu," ucap Magika dengan wajah yang bisa dikategorikan tengah tidak baik-baik saja kembali saat Magenta tengah terbatuk-batuk.
"Gi, ngomongin apa sih?" sahut Magenta, dia begitu memperlihatkan bahwa dia sama sekali tidak tertarik dengan pembahasan ini
"Gista cantik, iya kan?" Magika kembali mengulang perkataannya dalam bentuk yang berbeda.
Pertanyaan jebakan. Magenta terdiam selama beberapa detik untuk mencari jawaban yang pas, karena setiap perkataan yang keluar dari mulutnya saat ini pasti akan memberi impact yang besar bagi hubungannya dengan Magika. Jadi, ia harus berhati-hati.
"Kan perempuan Gi, masa ganteng," jawab Magenta disertai kekehan, dia berusaha membuat obrolan ini se santai mungkin. Dia tidak mau ada ketegangan apapun di sini.
"Tinggal akuin dia cantik aja susah banget sih, kenapa harus bawa-bawa dia perempuan atau laki-laki?"
Magenta menghela napasnya kasar. Apa dia bilang tadi? Apapun yang keluar dari mulutnya kelihatannya akan salah, apapun itu bentuknya pasti akan menjadi bumerang yang akan balik menyerang dirinya.
Tangan Magenta bergerak meraih tangan Magika yang juga berada di atas meja, cowok itu mengelusnya perlahan menggunakan ibu jari. Harapannya Magika akan luluh dan tidak terus-terusan membahas tentang Gista lagi.
"Ganti topik ya Gi."
"Gak bisa Gen." Magika menarik tangannya yang sebelumnya Magenta genggam. "Topik ini tuh penting untuk dibahas."
Magenta menghela napasnya kasar sekali lagi, "Oke kalau mau kamu gitu," ucapnya, pada akhirnya Magenta terpancing juga. "Aku bener-bener gak suka ya Gi dengan cara kamu bicara tadi sama Gista."
"Kenapa? Bukannya aku bener? Dia itu bener-bener gak tahu diri Gen." Magika masih bersikukuh dengan pendapatnya.
Di matanya, memang Gista lah yang tidak tahu diri dan tidak tahu malu. Sudah jelas di depannya ada Magika, yang posisinya sebagai pacar dari Magenta. Eh dia dengan lancang nya justru minta antar pulang. Coba kasih tahu, orang waras mana yang melakukan hal gila semacam itu?
"Aku tahu." Magenta menganggukan kepalanya mengerti. "Tapi gak harus gitu juga caranya, gaya bicara kamu itu terlalu kasar untuk ukuran orang yang baru saling kenal."
"Persetan sama first impression." Magika memutar bola matanya. "Intinya, aku gak merasa salah sedikitpun. Manusia modelan kaya Gista itu emang harus dikasarin, supaya dia ngerti sama posisi dirinya sendiri."
"Kamu bicara gini seakan kamu udah kenal lama sama Gista," ucap Magenta, "dia itu orangnya baik Gi, dia temen aku dari awal kuliah. I know her so well."
"You know her so well? Yaudah, kenapa gak kamu pacarin aja dia sekalian?!"
"Gi--"
"--Gen, satu hal ya yang harus kamu tahu. Gak ada cewek baik yang berani-beraninya minta anterin pulang sama pacar orang di depan pacarnya sendiri," ucap Magika yang direspon dengan helaan napas kasar dari Magenta. "Dan satu lagi, mungkin kamu hanya menganggap dia teman. Tapi dia? Siapa yang tahu kalau dia punya perasaan lebih sama kamu?" tambahnya kembali.
![](https://img.wattpad.com/cover/185028106-288-k238542.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Fiksi Remaja(SEQUEL MAGENTA) Sesuai dengan arti namanya, Magika berarti keajaiban, atau dalam istilah lain disebut dengan Miracle. Begitulah penggambaran sosok Magika di hidup Magenta. Magika adalah sebuah keajaiban yang membuat Magenta tersadar, bahwa terkadan...