9 | Panggilan Kesayangan

10.4K 1K 234
                                    

9 | Panggilan Kesayangan

Vote dulu sebelu membaca (:

Komen yang banyak juga hehe

Yang ini 2000 kata lebih(without author note ya), gak sadar ngetiknya sampai sepanjang ini wkwkw

H A P P Y R E A D I N G !!

--

Kita mungkin bisa memiliki seribu satu alasan untuk membenci. Namun untuk mencintai? Aku tidak punya alasan lain, selain hatikulah yang memilih kamu—Magenta Ardhiyasa

--

Usai menyelesaikan setengah dari laporan observasinya, Magenta segera membereskan laptop juga buku yang berserakan di atas meja yang berada di salah satu coffee shop yang ia kunjungi sejak beberapa jam lalu.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Magenta memiliki janji untuk mengunjungi rumah Magika sepulangnya dari sini. Jadi dia harus segera bergegas sebelum malam tambah larut, karena tidak enak jika berkunjung ke rumah Magika terlalu malam.

"Genta, lo bisa anterin gue balik nggak?" tanya Gista ketika Magenta baru saja mau beranjak dari tempat duduknya. Magenta terlihat menimang sejenak untuk mengiyakan atau menolak permintaan dari Gista, namun belum sempat Magenta menjawab, Gista terlebih dahulu berbicara kembali. "Bukan apa-apa Gen, gue Cuma gak pernah naik taxi or another public transportation kalau malam-malam. Jadi... I'm little bit scarry."

Magenta mengangguk, dia memahami alasan Gista. Gista adalah perempuan, apalagi dia dapat dibilang cukup cantik. Jadi rasanya akan rawan saja jika dia naik transportasi umum malam-malam begini, karena kriminalitas itu kan ada di mana-mana.

Urusan Magika, dia bisa ke rumah cewek itu usai mengantar Gista pulang ke rumahnya. Sedikit terlambat tak apa ia rasa.

"Yaudah, ayo gue anter lo balik," ucap Magenta sambil meraih kunci motornya yang tergeletak di atas meja.

Gista tersenyum, kemudian mereka berjalan beriringan menuju parkiran. Magenta mengendarai motornya dengan kecepatan standar menyusuri jalanan ibu kota yang tengah lengang.

Sepanjang jalan mereka terlibat obrolan seru, berbagai macam topik mereka bicarakan. Hampir dua tahun kenal dan menjadi teman dekat membuat Magenta dan Gista tidak sungkan untuk berbagi kisah satu sama lain.

Gista menyenderkan dagunya di bahu Magenta, dia terlihat tengah akan membicarakan sesuatu. "Genta, Gue laper nih. Mampir makan dulu yuk?"

Magenta melirik wajah cantik cewek itu melalui kaca spion. Magenta pun lapar, sama halnya dengan Gista. Namun jika ia mengiyakan permintaan Gista, maka kemungkinan besar akan sangat terlambat untuk menemui Magika.

Magika bisa saja marah, apalagi jika tahu alasan dibaliknya adalah Gista. Jadi lebih baik Magenta memilih untuk menolak Gista dengan halus, dan jujur mengenai keadaannya.

"Sorry banget nih ya Gis, tapi gue ada janji sama Magika habis ini."

Mendengar nama Magika disebut, Gista langsung menarik dirinya dari Magenta dengan muka masam. Kenapa harus nama itu disebut lagi sih? Memangnya tidak bisa, sehari saja Magenta melupakan pacarnya itu?

"Beneran gak bisa nih Gen?" tanya Gista mencoba meyakinkan kembali, siapa tahu saja Magenta mau berubah pikiran.

"Lain kali aja deh Gis."

MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang