23 | Pergi

8.5K 1K 1.1K
                                    

23 | Pergi

Vote sebelum baca jangan lupa.

Komen yang banyak juga ya! Hehe.

Share juga supaya makin banyak yang baca cerita ini :)

---

Q : Alasan kenapa kalian masih baca MIRACLE sampai di bab 23 ini apa sih? Pengen tahu, ehe.

---

"Apakah kamu benar-benar tidak pernah bahagia selama bersamaku, meski hanya sekali?" –Magika Anandini.

---

Turun dari wahana Carousel Magenta dan Magika langsung mengelilingi sekitar wahana tersebut untuk mencari Gista. Cewek itu tadi mengirimi Magenta pesan, katanya dia tidak jadi naik carousel karena kepalanya mendadak pusing lagi.

Dari kejauhan Magenta dapat melihat bahwa Gista tengah terduduk di sebuah bangku yang terdapat di bawah pohon rindang. Cewek itu terlihat sangat fokus dengan ponselnya, sampai-sampai ia tidak menyadari kehadiran Magenta dan Magika di sana.

"Gista, are you okay?" tanya Magenta.

Gista pun mendongak, agak terkejut dengan kehadiran mereka di sana. "Kepala gue pusing Gen," ucapnya dengan suara lemah.

Magika berdecak, permainan apa lagi sebenarnya yang akan dimainkan oleh manusia ular satu ini? Kenapa dia terus-terusan berpura-pura hanya demi mendapatkan perhatian dari Magenta.

Tangan kanan Magenta yang sebelumnya menggengam tangan Magika mendadak terlepas. Magenta justru memegang bahu Gista hanya demi menanyakan kondisi cewek itu sekali lagi.

"Gista, lo masih kuat? Atau kita pulang aja?" tanya Magenta, dari mimik muka juga ekspresinya Magenta terlihat begitu khawatir dengan kondisi Gista.

Magenta mengkhawatirkan cewek lain dihadapan Magika, yang notabene adalah pacarnya sendiri. Bayangkan betapa sakitnya perasaan Magika saat ini?

Hati Magika sakit, namun dia hanya bisa diam saja. Memendam segalanya. Jika Magika mengungkapkan betapa dia tidak suka Magenta memedulikan Gista, maka Gista pasti akan senang. Karena itulah tujuan Gista sebenarnya, membuat Magika dan Magenta bertengkar dengan Gista sebagai alatnya.

"Kalau lo nggak kuat bilang aja, nggak usah ngerepotin orang lain nantinya," ucap Magika. Dia seperti mempedulikan Gista meski sebenarnya Magika yakin seratus persen bahwa Gista itu hanya pura-pura.

Gista saja bisa bersandiwara, kenapa pula Magika tidak bisa melakukannya?

Gista memandang Magika sejenak, cewek itu memandangnya lekat. Mencoba menebak apa yang sedang dilakukan Magika sebenarnya.

"Iya Gen, gue mau pulang aja," ucap Gista pada akhirnya.

"Kuat berdiri?" Magenta bertanya, dia menawarkan bantuan jikalau saja Gista tidak kuat untuk berdiri.

Magika tidak bisa tinggal diam, inilah yang Gista incar. Belas kasihan dari Magenta. Magika tidak habis pikir, kenapa juga Magenta terlalu baik dengan Gista. Bahkan sampai-sampai cowok itu tidak bisa membaca dengan baik apa maksud terselubung dari Gista.

Mungkin benar apa kata orang, terlalu baik itu juga bahaya, bisa-bisa kebaikan itu justru dimanfaatkan oleh orang yang tidak tahu diri. Seperti Gista ini contohnya.

MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang