39 |Pertemuan
Selamat membaca!!
---
Nyatanya aku tidak sekuat itu saat melihatmu bersamanya.
---Keadaan ruang keluarga menjadi kacau semenjak kehadiran Jo dan Vino di rumah Magenta. Segala macam makanan, cemilan yang ada di kulkas terkuras habis, dan kini hanya meninggalkan sisa yang berserakan di ruang keluarga.
Mereka berdua jika sudah main ke rumah memang tidak tahu diri, terutama Jo. Cowok keturunan tionghoa itu lah yang menjadi motor dari penjarahan terhadap isi kulkas Magenta. Sedangkan Vino, cowok itu hanya ikut-ikutan Jo saja. Selagi menguntungkan kenapa tidak, begitu mungkin isi pikirannya.
"Dasar temen gak tau diri ya lo berdua tuh!" kesal Magenta sambil memandang sengit ke arah dua sahabatnya yang kini asyik-asyik selonjoran di sofa dengan perut kenyang.
Jo terkekeh pelan menatap Magenta yang kelihatannya sudah setengah emosi kini. "Yaelah Gen, Lo mah perhitungan banget sama temen sendiri."
"Tau nih, rezeki lu gak lancar aja mampus dah." Vino ikut-ikutan bicara.
"Bukan masalah perhitungan apa enggaknya, tapi lo berdua udah kelewatan anjir," ujar Magenta, dia masih berusaha sabar untuk tidak menghajar kedua sahabatnya itu. "Gak harus satu kulkas juga lo habisin kan? Kalo nyokap gue tahu gue harus bialang apa coba?"
Jo justru terkekeh, seakan tidak mempedulikan bagaimana nasib Magenta saat bertemu dengan mamanya. "Santuy aja mang, Tante Meta mah baik. Ga kaya anaknya, pelit," ejek Jo.
Terang saja, diejek seperti itu oleh Jo Magenta tidak bisa menerimanya begitu saja. Tangannya mengepal kuat sembari menatap Jo dengan tatapan mengerikan. "Lo minta dijitak ya Jo?!"
"Coba aja kalo berani!" Jo justru menantang Magenta.
Ditantang seperti itu, emosi Magenta semakin berkobar. Cowok itu akhirnya memutuskan untuk menjitak Jo tidak peduli Jo sahabatnya tau bukan. Ketika hampir saja kepalan tangannya mengenai jidat mulus tanpa jerawat milik Jo, dengan cekatan Jo menghindar sehingga jelas Magenta meleset.
"Peace Gen, bercanda doang gua tuh tadi," ucap Jo sambil mengacungakan jari telunjuk dan tengahnya. Berusaha berdamai dengan Magenta. Karena yang ia tahu orang yang jangan marah sekalinya marah akan serem.
Jo tidak mau ambil risiko, daripada dia mati lebih dini akibat dihajar lebih baik dia berdamai saja dengan Magenta.
"Udah elah, lo berdua kaya bocah tau gak. Ribut mulu perasaan," celetuk Vino yang merasa terganggu akibat keributan yang diciptakan dua sahabatnya itu.
"Kalo bukan gara-gara Vino, udah abis lu di tangan gue!" ucap Magenta, tatapannya masih tidak mengenakan, cowok itu kemudian ikutan duduk di sofa tepat di sebelah Jo.
"Eh gue mau cerita nih," ucap Jo. Secara bersamaan Magenta dan Vino yang duduk mengapitnya menoleh kearahnya.
"Apaan?" tanya mereka berdua secara bersamaan, keduanya memasang wajah serius-bersiap mendengar cerita yang akan Jo tuturkan.
"Gue kepilih jadi panitia sesi dokumentasi di acara reunian angkatan kita. Gimana? Keren kan gue?" Jo menaikturunkan alisnya, dia tersenyum bangga akibat posisi penting yang ia dapatkan.
Vino memutar bola matanya jengah, pandangannya lalu beralih ke televisi yang menyala kembali "yaelah kirain apaan."
"Tau tuh, kembalikan lima detik gue yang berharga!" tambah Magenta.
Jo berdecak kesal, tadinya dia pikir dia akan dipuji-puji atas jabatan yang diembannya sekarang. Eh gak taunya malah respon seperti ini yang ia dapatkan.
"Temen laknat emang lu ya!"
"Bodo amat," ujar Magenta cuek.
"Saya tidak peduli," tambah Vino tak kalah cueknya.
Jo menghela napasnya, jika tadi Magenta yang mati-matian menahan emosinya, kini Jo yang ganti berusaha menahan emosi. Inginnya sih mengajak baku hantam, tapi nanti jatuhnya keroyokan. Mereka berdua dan Jo sendiri. Sekali lagi Jo hendak berkata bahwa ia tidak siap mati muda, apalagi di dalam keadaan jomblo seperti ini.
Kasihan juga kan harta orang tuanya yang berlimpah itu jika tidak ada yang mewarisi.
"Lo berdua dateng kan?"
"Dateng lah, acara dua tahunan sekali mana mungkin gue gak hadir," jawab Vino.
"Kalau Lo Gen?"
"Lihat aja nanti," jawab Magenta sambil mengendikkan bahunya. Dia sendiri belum tahu akan datang atau tidak, namun kalau tidak mager nampaknya dia akan datang.
"Oh iya, kabarin Magika juga, kali aja itu anak gak ngerti ada acara reuni."
Mendengar nama Magika disebut, mood Magenta langsung turun drastis. Wajahnya berubah kusut, seolah benar-benar tidak suka nama itu disebut di telinganya.
"Kasih tahu aja sendiri sana, ngapain nyuruh gue!" sahut Magenta sewot.
Jo memandang Magenta dengan kening berkerut, bingung kenapa juga respon yang Magenta berikan harus sebegitunya. Padahal dia kan berbicaranya baik-baik, eh ini malah dibalas sewot.
"Lah, biasa aja kali Gen. Gak usah sewot gitu."
Magenta berdecak, dia pun memilih bangkit dari kursi. "Udah ah, males gue! Gue ke atas bentar, mau ambil handphone."
Melihat kepergian Magenta dengan raut wajahnya yang seperti itu membuat Jo dan Vino sama-sama mengerutkan keningnya. Mereka sama-sama berpikir memang apa yang salah dari perkataan Jo tadi sehingga membuat Magenta seperti itu.
"Itu anak kenapa sih sebenernya?" tanya Jo pada Vino.
Vino menggelengkan kepalanya, dia juga bingung kenapa Magenta seperti itu. "Mood-nya lagi jelek kali. Udah biarin aja."
CERITA DI HAPUS SEBAGIAN KARENA KEPENTINGAN PENERBITAN.
YANG MAU BACA LENGKAPNYA BISA BELI VERSI NOVEL. TERIMAKASIH 😊
---
1711 kata
Komentarnya untuk bab ini?
Masih ada yang inget dengan Laras gaa? Who wants to say hello to Laras?!
Bayangin kalo kalian di posisi Gika, baru putus belum sebulan eh doi udah official sama yang laen-_
SPAM COMMENT FOR NEXT!!
Si cantik Laras.
See u on next chapter!
15 Agustus 2019
Nana
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Teen Fiction(SEQUEL MAGENTA) Sesuai dengan arti namanya, Magika berarti keajaiban, atau dalam istilah lain disebut dengan Miracle. Begitulah penggambaran sosok Magika di hidup Magenta. Magika adalah sebuah keajaiban yang membuat Magenta tersadar, bahwa terkadan...