45 | Putus
2300 kata lebih!!
1000 komen baru lanjut, bisa gak nih? Wkwk
Happy Reading!!
---
Tidak seharusnya memulai hubungan yang baru jika rasa itu masih tersimpan untuk orang yang lama. Semua itu hanya akan menimbulkan perasaan sakit yang akan membunuh secara perlahan
---
Pukul delapan pagi di hari Minggu, Gista sudah stand by di depan rumah Magenta dengan beberapa bungkus makanan yang ia bawa dari rumah. Semua itu adalah buatan asisten rumah tangganya, tentu bukan Gista yang membuatnya sendiri. Karena jika harus memilih, maka Gista akan memilih untuk menghabiskan satu hari penuh di salon ketimbang satu jam di dapur dan memasak.
Cewek cantik yang hari ini menggunakan celana jeans juga kaos putih yang begitu pas di ukuran badannya itu seperti biasa mengaplikasikan make up di wajahnya yang membuatnya terlihat semakin cantik lagi, dan juga bandana pita bewarna biru muda di kepalanya membuat penampilan Gista menjadi semakin sempurna.
Gista mengetuk pintu beberapa kali sambil mengucap salam sebelum pintu itu di buka dari dalam. Gista baru saja hendak mengucapkan selamat pagi pada Magenta dengan semanis-manisnya, namun niat itu terpaksa ia urungkan karena yang keluar justru Meta-mamanya Magenta.
"Hai Tante, lama gak ketemu ya," sapa Gista ramah, senyuman tercetak jelas di wajahnya. Dia merangkul Meta lalu menempelkan pipinya di pipi kanan dan kiri Meta-atau cipika cipiki istilahnya.
"Hai, apa kabar kamu sayang?" Meta balas bertanya dengan ramah pula.
"Baik kok tante," jawab Gista, "oh iya ini aku bawain makanan buat tante sama Genta, buatan aku sendiri loh tan, cobain ya."
Gista menyerahkan bungkusan makanan yang dibawanya pada Meta, dan tentu wanita parubaya itu dengan senang hati menerima pemberian Gista. Meta pun mengajak Gista masuk dan langsung menuju ke arah dapur untuk memindahkan makanan yang Gista bawa ke dalam piring.
Terdapat berbagai macam jenis makanan di sana mulai dari yang bercita rasa nusantara maupun yang internasional, semua terlihat begitu menggugah selera.
"Tante padahal baru aja mau bikinin nasi goreng buat si Genta, eh kamu dateng," ujar Meta sambil menata makanan itu di meja makan.
"Hari ini tante gak usah masak, kan Gista udah masakin spesial buat Tante sama Genta," kata Gista sambil tersenyum, "oh iya, Gentanya mana tante?"
"Belum bangun kayanya, tante bangunin dulu ya ke kamarnya," ujar Meta, Gista hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
Meta pergi meninggalkan Gista, wanita itu langsung menuju ke kamar Magenta yang masih tertutup sejak semalam. Entah kenapa Magenta akhir-akhir ini sedikit berubah, terutama setelah suatu malam dia pulang dalam keadaan babak belur.
Sempat beberapa kali Meta bertanya ada apakah gerangan, dengan siapakah Magenta berkelahi, namun putra semata wayangnya itu tidak pernah mau menjawab apa yang terjadi sebenarnya. Dia hanya berkata itu soal biasa, sehingga tidak ada yang perlu Meta khawatirkan.
Namun sebagai seorang ibu, mau bagaimanapun Meta tentu mengkhawatirkan putranya itu, terlebih sejak kejadian malam itu Magenta menjadi lebih pendiam, dia sering keluar rumah, dan seandainya pulang ke rumah dia pasti akan masuk ke kamarnya dan mengurung diri di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Novela Juvenil(SEQUEL MAGENTA) Sesuai dengan arti namanya, Magika berarti keajaiban, atau dalam istilah lain disebut dengan Miracle. Begitulah penggambaran sosok Magika di hidup Magenta. Magika adalah sebuah keajaiban yang membuat Magenta tersadar, bahwa terkadan...