14 | Queen of Snakes
Vote dulu sebelum baca, jangan lupa :)
Baca judulnya aja udah bisa tahu dong siapa yang akan muncul di bab ini? Ehe.
Happy Reading !
---
Mau merebut pacarku? Mohon maaf, tidak semudah itu Romlah!
--
Kaca mata hitam bertengger di batang hidung Magika, usai nangis semalaman matanya menjadi bengkak, dan dia rasa dia harus menutupinya. Sebenarnya ingin sekali dia bolos di semua mata kuliah hari ini, namun sayangnya hari ini adalah pekan UAS, jadi tak mungkin juga dia tinggalkan. Atau jika Magika benar-benar niat untuk tidak lulus.
Cewek itu menuruni anak tangga di rumahnya dengan tas yang bertengger di pundaknya, ini adalah pertama kalinya Magika turun kembali usai naik dalam keadaan menangis kemarin sore.
"Kamu mau ke mana?" tanya Mala yang sedang menonton Tv di ruang keluarga.
Magika menoleh kepada Mala sekilas, lalu Magika berjalan menuju dispenser untuk mengambil segelas air minum. "Ya ke kampus lah, emang ke mana lagi?" jawab Magika, nada bicaranya terdengar sedikit ketus. Dia menenggak segelas air yang ia ambil sampai tidak bersisa.
"Gi, soal kemarin—"
"—iya Magika ngerti kok. Gak usah dibahas lagi," potong Magika cepat, dia malas membahasnya.
Mau bagaimana lagi, mungkin ini memang jalannya. Magika hanya bisa berharap semoga kedepannya semua bisa berubah, dan ada titik terang untuk hubungannya dengan Magenta. Magika meraih tangan mamanya, dia kecup tangan itu dengan sopan. "Magika jalan dulu."
Mala menganggukan kepalanya. Namun ketika Magika hendak berjalan suara wanita itu menginterupsinya. "Gi, kamu kenapa pake kaca mata hitam gitu sih? Mau nyambi jadi tukang pijit apa gimana?" celetuk Mala yang benar-benar merasa aneh sekaligus risih melihat Magika hendak ke kampus dengan kaca mata hitam seperti itu.
Magika mendengus, dia memilih untuk tidak menjawab pertanyaan dari mamanya, dia pun meneruskan langkahnya.
Hari ini Magika pergi ke kampus menggunakan ojek online. Rambut Magika yang panjang, ia ikat hari ini. Antisipasi saja, dari pada sampai kampus nanti rambutnya jadi kusut tidak karuhan.
Sampai di kampus, Magika langsung menuju ke kantin. Tempat yang paling tepat untuk mengisi perutnya yang tengah lapar. Maklum saja, Magika belum sarapan pagi ini. Ditambah lagi sejak kemarin dia juga belum makan, jadi cacing di dalam perutnya sedang konser saat ini.
Masuk ke kantin, Magika langsung disambut oleh aroma sedap makanan yang berpadu menjadi satu, membuat perutnya tambah keroncongan, juga diikuti dengan tubuhnya yang mendadak memproduksi ludah lebih banyak dari sebelumnya.
Baru dia hendak pergi mengantri untuk memesan makanan, matanya tak sengaja menangkap Magenta yang tengah duduk di salah satu meja bersama teman-temannya. Wajah Magika mendadak tertekuk menyadari bahwa Gista, si medusa itu juga berada di sana. Dan cewek itu duduk berdekatan dengan Magenta—mereka tengah mengobrol dengan asyik.
Magika tidak bisa tinggal diam kalau begini, diapun putar haluan. Tidak jadi pergi untuk memesan makanan dan justru pergi menghampiri Magenta. Ketika Magika berjalan mendekat tidak ada satu orangpun yang menyadarinya, karena cewek itu menggunakan kaca mata hitam. Dan juga rambutnya yang diikat, tidak seperti biasanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Teen Fiction(SEQUEL MAGENTA) Sesuai dengan arti namanya, Magika berarti keajaiban, atau dalam istilah lain disebut dengan Miracle. Begitulah penggambaran sosok Magika di hidup Magenta. Magika adalah sebuah keajaiban yang membuat Magenta tersadar, bahwa terkadan...