43 | Merasa Bersalah?
SEPERTI YANG AKU JANJIKAN BAHWA HARI INI UPDATE.
DAN 2040 KATA!! PANJANG KANN!!
SELAMAT MEMBACA!!
---
Aku punya ragamu tapi tidak dengan hatimu
---
Sepulang dari acara reuni yang harus berakhir dengan kejadian tidak menyenangkan tadi, Gista membawa Magenta ke rumahnya, awalnya Magenta menolak karena dia ingin pulang saja. Namun Gista bersikukuh untuk membawa Magenta ke rumahnya terlebih dahulu, terlebih Gista yang menyetir mobil, jadi Magenta tidak dapat berbuat banyak selain menuruti kata-kata Gista.
"Tunggu sini dulu, gue ambil obat di belakang," ujar Gista, dia kemudian pergi dari hadapan Magenta.
Magenta hanya mengangguk, diapun merebahkan dirinya di sofa ruang tamu yang empuk. Badannya terasa sakit semua, wajahnya pun perih di berbagai sisi, kepalanya pun rasanya pusing karena sempat terbentur tadi.
Magenta mengeluarkan ponsel yang berada di dalam sakunya, hatinya terasa tersayat ketika melihat fotonya bersama Magika masih terpampang sebagai lockscreen. Foto itu adalah foto pertamanya bersama Magika, yang diambil Jo pada saat usai pensi waktu SMA.
Magika terlihat tersenyum begitu manis, dan jujur Magenta rindu senyuman itu. Namun sisi lain hatinya tentu merasa tersakiti karena Magika dengan teganya menyelingkuhi dirinya dengan Rafael--yang notabene sahabatnya sendiri.
Melihat Magika yang jatuh seperti tadi, dengan luka yang mengalir di tangannya. Pertahanan Magenta menyoal dia yang tidak akan pernah peduli lagi terhadap Magika mulai runtuh. Perasaan bersalah itu terus-terusan menyerangnya kala mengingat dia secara tidak sengaja membuat Magika terluka seperti itu.
Magenta membuka aplikasi whatsapp nya, dia mencari kontak Jo di sana. Dia hanya ingin memastikan bahwa Magika masih baik-baik saja, dan tidak ada sesuatu yang serius yang terjadi pada cewek itu akibat ulahnya.
Jo
P
Paan sih, keyboard lu rusak ngetik P doang?
Magika gimana?
Setelah lo sakitin dia sebegitunya, lo masih tanya dia gimana? Goblok lu ah, males gue.
Magenta menghela napasnya panjang, cowok itu memilih untuk menelepon Jo saja, semuanya tidak akan jelas jika hanya berbicara melalui pesan singkat.
Tidak lama Magenta menunggu, hanya dalam beberapa kali deringan akhirnya Jo mengangkat teleponnya.
"Apaan sih?" ujar Cowok dengan mata sipit itu dengan nada yang terdengar geregetan.
"Magika keadaannya gimana? Gue ga sengaja tadi, sumpah deh," ujar Magenta jujur, dia memang tidak sengaja melakukannya. Semua hanya karena dia terpancing emosi tadi.
"Gak sengaja? Terus lo selingkuh sama si cabe itu juga ga sengaja? Mikir anjing, lo sama Magika udah tiga taun! Lo sama dia udah lama banget, dia baik, dia tulus ke lo, bahkan di saat lo ulang tahun dia nyiapin surprise buat lo meski lo nya ga pulang-pulang. Dan terus lo selingkuhin dia gitu aja? Sama cewek yang gue akuin emang lebih bening dari Magika. Lo tuh tolol man! Meski si cabe lebih cantik dari Magika, bukan berarti dia lebih baik dari Magika! Ngerti gak sih lo? Ah kesel banget gue!" Jo menyerocos panjang lebar, seakan tidak ada celah bagi Magenta untuk menyelanya dan menjelaskan segalanya menurut versinya.
"Jo, gue nggak selingkuh. Lo percaya dong sama gue," ujar Magenta membela diri.
"Kalau lo gak selingkuh, terus si Gista Gista itu siapa lo? Kalian ada hubungan apa? Friends with benefit, iya?"
"Yang selingkuh itu Gika, bukan gue."
"Lo udah pastiin dia selingkuh, sampai-sampai lo bisa memfitnah dia kaya tadi di depan orang banyak?"
Magenta menghela napasnya berat, Jo benar, dia belum memastikan apa-apa, baik dari Magika maupun dari Rafael. Magenta hanya menyimpulkan pendapat sendiri berdasar foto yang waktu itu Gista tunjukan kepadanya.
"Kenapa diem? Gue yakin lo gak ngecek fakta dulu sebelum bacot kan?" Jo bertanya sekali lagi karena Magenta tidak kunjung menjawab pertanyaan yang ia lontarkan.
Masih terdiam, Magenta menatap kosong ke arah depan. Mungkin benar, bahwa Magenta telah salah. Magenta salah karena menelan mentah-mentah informasi yang di dapatnya. Magenta salah karena dia tidak pernah mengecek semua itu sebelum dia menarik kesimpulan sendiri dan bersikap seperti tadi.
Terlepas dari kebenarannya, Magenta sadar bahwa dia telah bodoh karena menelan informasi yang Gista berikan secara mentah-mentah.
"Keadaan Magika gimana?" tanya Magenta setelah beberapa saat hening, nadanya begitu datar.
"Sekarang gue di rumah sakit, Gika lagi diperiksa sama dokter. Apapun keadaan dia nanti, gue harap lo nggak usah ke sini Gen. Andai lo mau minta maaf, gue cuma mau ngasih tahu bahwa sekarang bukan saat yang tepat," jawab Jo, gaya bicaranya sudah tidak semeledak tadi. Kali ini Jo berujar dengan nada yang biasa saja, setelah mengucapkan kalimat itu Jo memutus sambungan telepon nya.
CERITA DI HAPUS SEBAGIAN KARENA KEPENTINGAN PENERBITAN.
YANG MAU BACA LENGKAPNYA BISA BELI VERSI NOVEL. TERIMAKASIH 😊
---
Gimana dengan bab ini?
Magenta nggak sejahat yang kalian kira kok gaes, cuma keadaan yang bikin dia kaya gitu.
Deep in his heart, dia masih cinta sama Gika💕
Oh iya btw thanks for all birthday wishes. I love you💕
SPAM NEXT BUAT LANJUT!!
SEE YA ON NEXT CHAPTER!!
5 September 2019
Nana
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Teen Fiction(SEQUEL MAGENTA) Sesuai dengan arti namanya, Magika berarti keajaiban, atau dalam istilah lain disebut dengan Miracle. Begitulah penggambaran sosok Magika di hidup Magenta. Magika adalah sebuah keajaiban yang membuat Magenta tersadar, bahwa terkadan...