1. Amanda Raviola Razeta

5.4K 362 8
                                    

Tak perlu susah mencari pasangan, jika sendiri saja bisa membuat bahagia.

----
🌸🌸
----

"Amara, lo mau nggak jadi pacar gue?"

Sudah hampir beribu kali Amara mendengar hal yang seperti ini, Amara sangat muak, Amara beralih melihat orang itu acuh dan membuang cokelat yang ia berikan ke tempat sampah didekatnya.

"Lo, nggak pantes buat gue," tukas Amara.

"Loh, kenapa? Gue ganteng, pinter, dan lo nggak lupa kan kalo gue ketua basket?"

Amara mencetak senyum meremehkan, dan menatap mata pria sombong didepannya. "Gue, nggak suka cowok sombong kayak lo, Martin!" tekan Amara, Amara langsung pergi dari kantin, membiarkan Martin memendam rasa malunya.

Bagaimana tidak? Martin berani menembak Amara saat jam istirahat dan posisi kantin penuh? Percaya diri sekali Martin bisa mendapatkan perhatian bahkan cintanya Amara.

Amara tak akan pernah melirik Martin sama sekali, Percayalah. Martin adalah salah satu dari 18 pria yang menembaknya hari ini. See? Amara memang tak punya hati.

🌸🌸

"Amara.." panggil Sinta, Amara menoleh malas, Sinta terlihat seperti orang yang habis berlari. "Lo kenapa, Sin?"

"Lo yang kenapa?! Lo barusan nolak Martin kan?" ujar Sinta, "parah banget, tuh si Martin jadi dipermaluin di kantin," sambung Sinta.

Amara mengangkat bahunya acuh. "Gue udah pernah bilang sama dia, kalo gue nggak suka, dianya aja yang kekeh sampe berani nembak gue ditempat serame itu," ucap Amara, enteng.

Sinta berdecak pelan. "Mau lo tuh apa sih, Ra, udah dapet yang cakep, famous, kaya, malah nggak mau. Terus lo mau cari yang kayak gimana?" tanya Sinta, bingung.

"Gue nggak mau pacaran lagi, semua cowok itu sama. Nggak ada bedanya," tukas Amara.

"Mara, lo nggak boleh gitu. Jangan karena lo diselingkuhin Reno dan ditinggal sama dia, lo jadi nge-cap semua cowok itu sama kayak Reno. Reno sama mereka itu beda, Ra," ujar Sinta.

"Tapi tetep, di mata gue, mereka itu sama, sama-sama berjuang di awal dan nggak mau bertahan sampe akhir.."

"Sama-sama brengsek pula," sambung Amara.

"Amara! Lo parah banget, masa lo nolak my baby Martin, sih," rengek Lula tiba-tiba.

"Lula! Apaan, sih, dateng-dateng lo ngerusuh aja," ucap Sinta.

"Kalo kalian mau, kalian ambil aja si Martin, gratis," setelah mengucapkan kata itu, Amara langsung pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

Ya, Amanda Raviola atau kerap disapa Amara. Gadis yang terkenal selalu menolak setiap pria yang mendekatinya karena satu hal. Dia mengcompare semua pria itu sama, itu semua karena ulah Reno.

Reno adalah pacar pertama Amara. Namun, hubungan mereka kandas karena adanya orang ketiga, ditambah ternyata Amara hanya menjadi pelariannya saja. Amara di tinggalkan saat Amara sudah mulai nyaman pada Reno.

Semenjak saat itu, Amara tak mau lagi berhubungan dengan pria manapun, entah sampai kapan. Luka yang ditorehkan Reno masih membekas sampe sekarang, Amara benci pria hidung belang seperti Reno, dan mungkin, hampir semua pria di dunia ini seperti Reno.

Amara mulai memasuki area gudang belakang, Amara sudah siap membawa kotak makan berisi makanan kucing. Ya, Amara memelihara kucingnya dibelakang sekolah, karena dirumah, Amara pasti dimarahi oleh Bundanya habis-habisan, karena Bunda Amara sangat membenci kucing, alasan? Bundanya alergi.

"Pusss, Mimi.." ucap Amara, tak lama setelah itu, kucing berwarna kuning keluar dari balik pintu. Amara tersenyum dan langsung memberi kucing itu makan. Setelahnya, Amara bersandar ditembok dengan tatapan lurus dan jauh.

Pikirannya melayang pada sosok Reno. Dulu, Reno lah yang menemani Amara setiap hari, menemani masa kelam abu-abu dihidupnya. Membuat Amara yakin, bahwa Reno berbeda dengan pria yang lainnya. Reno yang perhatian, Reno yang penyabar dan Reno yang penyayang. Tapi sekarang? Reno adalah sosok yang paling Amara benci.

"Mi, Mimi tau nggak, orang yang biasa memenin aku disini, sekarang udah pergi."

"Bahkan mungkin pergi jauh dari hadapan aku, Mi," ujar Amara, tatapannya beralih pada Mimi dan mulai memangkunya.

"Jangan pernah ninggalin aku ya, Mi."

"Udah cukup Ayah sama Reno aja yang pergi, kamu jangan," ucap Amara. Ia mengelus kucing itu dengan sayang, membiarkan waktu istirahatnya habis bersama dengan kucing kesayangannya.

🌸🌸

Bukan Amara namanya jika sehari tak membuat masalah, lihat saja, hari ini Amara lagi-lagi dihukum karena membuat Yola terjatuh dari toilet.

"Amara! Kamu kapan berubah, sih, Yola bisa celaka gara-gara perbuatan kamu!"

Amara hanya diam sembari memainkan kukunya, Bu Ida sampai sudah tidak tahan dengan siswinya yang satu ini, ada saja kelakuannya setiap hari yang membuatnya jengah.

"Saya nggak salah, Bu, Yola duluan yang dorong saya. Saya hanya membela diri, apa saya salah?" bela Amara.

"Tapi apa kamu nggak lupa, Amara? Yola itu putri dari pemilik sekolah. Walaupun kamu nggak salah, tetep aja, kamu yang di cap salah," ujar Bu Ida.

"Terus gimana? Saya di skors lagi, Bu?" tanya Amara enteng, Bu Ida menggelengkan kepalanya. "Hari ini kamu bebas, biar Ibu yang urus semuanya, Ibu tau kamu tidak salah," ucap Bu Ida.

Amara mengangguk dan mengucapkan terima kasih, setelahnya Amara langsung keluar dari ruang BK dan disambut oleh kedua sahabatnya.

"Mara, lo nggak di skors lagi kan, Mar?"

"Lo sih, pake segala ngelawan tuh si menye-menye ketua Cheerleaders, kan lo jadi kena batunya," ujar Lula.

"Yaudah ah, emang dianya aja yang sinis sama gue," ucap Amara.

"Ya nggak gitu juga kali, ada aja tiap hari ulahnya, gue jadi kesel sendiri." Sinta meremas-remas tangannya sendiri.

"Udahlah, kan yang penting kali ini gue nggak ada skors-skors lagi. Yuk ah pulang."

"Eh, si Mimi gimana? Kan gudang belum lo kunci, kalo nanti tiba-tiba dia kabur atau lari-larian gimana?"

Untung saja Lula mengingatkan Amara tentang Mimi, jila tidak, bisa saja kucing manis itu berkeliaran disekolah dan ditangkap oleh penjaga sekolah.

Amara berjalan dengan cepat, diikuti oleh Sinta dan juga Lula dibelakangnya.

Pintu gudang terbuka sedikit lebar, Amara panik, "Mimi.. Puss.. kamu dimana?" teriak Amara.

"Duh, kok bisa kebuka gini, sih, lo beneran udah ngunciin dia pas istirahat selesai?" tanya Sinta.

"Iya, Sin, gue yakin banget, ya ampun.. Mimi," teriak Amara. Badan Amara terasa lemas, kemana kucing kesayangannya itu. Rasanya, Amara ingin menangis sekarang juga. Amara bisa menjadi sangat lemah jika sudah bersangkutan dengan hewan yang bernama kucing.

"Yaudah kita cari bareng-bareng, tapi lo jangan panik, ya, Mara." ujar Sinta menenangkan.

Amara mengangguk dan kembali mencari Mimi, dalam hatinya Amara berdoa semoga sahabat kecilnya itu masih berada disekitar sini.

🌸TBC🌸


HALO SEMUANYA!

HAPPY SUNDAY!

Nah, ini perkenalan Amara dulu, ya, kedepannya kalian akan di buat gemes sama Amara haha.

Penasaran? Ikutin terus yaa.

Kira-kira bakal up seminggu berapa kali? Ada saran?

Sampai jumpa di bagian selanjutnya teman-teman💚

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang