Tuhan, izinkan aku untuk terus melihat senyumnya. Sampai engkau menjemputku
🌸🌸
_____Amara sampai dirumah megah milik Andra. Amara membunyikan bel rumah Andra, berharap seseorang dari dalam membuka pintu rumahnya.
Ia melirik kantong plastik yang berisi kue. Entah kena angin apa Amara, tiba-tiba ia ingin memberikan kue untuk lelaki tengil itu. Karena Amara mendengar jika Andra tidak enak badan. Amara ingin memastikan saja, jika Andra tidak mati karena serangan jantung karena ditolak mentah-mentah saat membeli buku kemarin.
Pintu terbuka, Amara tersenyum saat melihat wanita paruh baya yang sangat mirip dengan Andra. Yap, siapa lagi jika bukan Rahma, Ibu dari Andra.
"Loh, Amara?" sapa Rahma. Terlihat dari ekspresi yang Amara tangkap, wanita itu cukup terkejut melihat kedatangannya.
Apakah seaneh itu jika Amara kerumah ini?
Amara dengan sopan menyalami Rahma dan tersenyum ramah.
"Selamat sore, Tante."
"Ah iya, sore. Ada apa ya? Ayo masuk," ajak Rahma. Ia membuka pintu sedikit lebar dan mengajak Amara masuk kedalam rumah.
"Duduk dulu sayang. Tante ambil minum dulu ya?"
"Ah, nggak usah Tante. Amara mau kesini cuma mau liat Andra. Katanya, Amara denger Andra lagi sakit," ujar Amara jujur.
"Oh, itu .."
"Mama, itu yang dibelakang ada ap--" Andra tak melanjutkan ucapannya. Ia menatap takjub seseorang yang ada didepannya. Senyumannya langsung mengembang 360°. Jika bisa berputar, Andra jamin, bibirnya akan berpurar seperti lingkaran yang tak berujung.
"Amara? Lo disini? Kangen gue ya?" tebak Andra.
Amara memutarkan bola matanya malas. Benar dugaannya, Andra baik-baik saja. Lihat saja, kini Andra tengah menggunakan pakaian tidur spiderman lengan panjang dan dengan bawahan yang senada. Dan tentunya, dengan senyum tengil yang menghiasi wajahnya.
"Tante ambil minum ya? Kalian ngobrol aja dulu." Rahma tersenyum, ia bangkit dan meninggalkan putranya itu dengan gadis yang amat dicintai putranya. Memberikan ruang agar mereka bisa berbicara.
Andra duduk dihadapan Amara, senyumnya belum juga menghilang dari wajah tampannya.
Amara meletakkan kantong plastik didepan Andra. Ia menatap Andra dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Nyali Andra ciut seketika. Ia tertawa renyah saat melihat tatapan Amara yang berubah. Ia menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba merasa merinding.
"Kenapa, Ra?" tanya Andra.
"Kenapa nggak sekolah?" tanya Amara.
"Gue?"
"Semut!" ucap Amara geram. "Ya lo lah," sambungnya.
"Lo khawatir sama gue, Ra?"
"Nggak, karena gue yakin lo baik-baik aja. Tuh buktinya, lo seger gitu," jawab Amara.
Andra mengangguk mantap.
"Iya, gue baik-baik aja. Gue cuma lagi pengin dirumah. Jagain Mama," jawab Andra tak jujur.
"Selama tiga hari? Dan lo ninggalin semua materi disekolah?"
Andra mengangguk. "Namanya juga dirumah, Ra. Mana tau sekolah belajar apaan. Lagian sekarang ada internet lancar, Ra. Kitakan bisa browsing aja. Gampang kan? Terus--"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR, AMARA | ✓
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] "Nggak ada sejarahnya sel ovum ngejar sel sperma, ada juga sel sperma yang lari ngejar sel ovum!" ___ Ini cerita tentang seorang Andra Elvan Fahreza, yang tak pernah kenal lelah untuk mengejar cinta Amara yang ber-notabe sebagai ga...