26. Penyesalan

2.7K 207 35
                                    

Sebuah kesalahan biasanya akan diikuti oleh rasa penyesalan.

🌸🌸
_____

Amara berlarian di koridor Rumah Sakit saat ia mendapatkan kabar bahwa Andra masuk ke Rumah Sakit.

Amara saja sampai pergi meninggalkan Jay di parkiran.

Ya, sejak mendapatkan kabar itu, Amara langsung bergegas ke rumah sakit yang Martin beri tahu. Kebetulan jam tugasnya Jay juga sudah habis dan Jay bersedia untuk menawarkan diri mengantar Amara. Untuk itu, mereka kini sedang berada di ruamah sakit.

Kaki Amara terhenti saat ia melihat seorang wanita paruh baya yang sedang menangis di depan ruangan. Jantung Amara sudah berpacu dua kali lipat dari biasanya saat wanita itu menoleh dengan memperlihatkan ekspresi keterkejutannya.

"Amara? Apa ini benar-benar kamu?" tanyanya.

Amara diam sembari melihat semua orang yang ada disana, sudah lama ia tidak melihat semuanya. Amara tersenyum tipis saat wanita paruh baya yang mungkin seumuran dengan Bundanya ini memeluknya.

"Ya Allah, Amara. Mama kangen banget sama kamu, Nak," ujarnya. Amara membalas pelukan oraang yang memanggil dirinya 'Mama' ini.

"Iya ini Amara, Ma," ucap Amara.

"Amara, siapa yang ngabarin kamu kalo Reno disini, Nak?"

Tunggu .. Reno? Apa benar Reno ada disini? Lalu kenapa semuanya menangis?

"Aku—"

"Reno sakit, Reno kena kanker darah sayang, maafin Reno kalo Reno punya salah sama kamu ya?"

Deg!

Reno? Kanker? Apa maksudnya ini?

"Maafin Mama, Mama nggak nyangka kalo kalian masih berhubungan. Mama kira kalian udah sekesai saat hari dimana Reno sakit. Reno nggak mau kamu tau, makanya dia minta tolong Putri buat kamu cemburu."

"Hubungan mereka nggak benar-benar terjadi, sayang," ucap sang Mama panjang lebar.

Otak Amara sedari tadi berusaha mencerna semua perkataan dari Mama Reno.

Jadi, apa yang Amara lihat saat itu bukan perselingkuhan?

Reno sakit? Dan ia tak tau?

Reno lebih memilih Putri dari pada dirinya?

Pacar seperti apa dia ini?

"Ma, sekarang Reno ada dimana Ma?" tanya Amara.

"Reno ada di dalem, ia belum sadar," ujar Mama Reno.

"Apa, Amara boleh masuk?"

Mama Reno mengangguk, dan tanpa pikir panjang, Amara langsung masuk kedalam ruangan Reno, mantan kekasihnya.

Hal pertama yang Amara lihat adalah, Putri. Putri sedang mengganti bunga yang sudah kering di dalam vas bunga. Putri menoleh, ia terkejut melihat Amara yang kini ada di depannya.

"Kamu .." Putri langsung mengambil ponsel milik Reno dan melihat kearah Amara secara bergantian. Putri tersenyum saat ia tau siapa gadis di depannya ini.

"Kamu Amara, benar?" tanya Putri. "Akhirnya kamu datang juga, Amara, Reno sangat membutuhkan kamu." Putri menggeserak badannya agar Amara bisa melihat kondisi Reno.

Kondisi Reno memang tidak bisa dikatakan baik. Wajah putih yang mendominasi pucat dengan alat bantu bernafas dan juga beberapa alat medis yang ada di tubuhnya, Amara mencoba mendekat, tubuhnya bereaksi hebat. Jujur saja, Amara memang masih menaruh hati pada Reno, meski ia tau Reno pernah berbuat salah. Tapi sekarang ia tau, itu bukan sebuah kesalahan. Reno tidak benar-benar berselingkuh.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang