17. Ketidakpedulian.

2.6K 202 22
                                    

Menyayangimu begitu menyakitkan.
Lalu, apakah aku harus terus menyayangimu dengan segala konsekuensinya? atau berakhir dengan sia-sia?

🌸🌸
____

Martin datang sendirian kesekolah. Ia pergi terlebih dahulu meninggalkan Rama dan Zidan yang sedang sibuk mengurus tugas Matematikanya yang belum selesai.

Mata Martin menyipit saat melihat seorang gadis yang sedang berada di gerbang sekolahnya. Martin jelas tau siapa gadis itu, dengan langkah lebar, Martin mendekati gadis itu.

"Putri?"

Gadis itu menoleh dan tersenyum kearah Martin.

"Ternyata bener, Andra masih sekolah disini sama lo."

Martin menghela napas, "lo ngapain ada disini? Kalo Andra tau, dia pasti marah."

Putri menghela napasnya, "gue mau minta maaf sama Andra, Tin."

"Dari kemaren lo kemana aja? Setelah lo udah mengacaukan semuanya. Sekarang lo balik?"

"Ada alasan kenapa gue ninggalin dia."

"Andra mungkin butuh alasan lo itu. Tapi itu dulu, sekarang dia udah bahagia dengan caranya sendiri, Put. Mendingan lo nggak masuk lagi kedalam kehidupannya."

Putri menggenggam tangan Martin. "Gue mohon, Tin, gue harus ngomong sama Andra. Gue nggak mau pisah sama dia. Gue masih sayang sama dia," ungkap Putri.

Martin menepuk tangan Putri dan tersenyum. Ia berlalu begitu saja meninggalkan Putri, ia tak mau lagi berurusan dengan lingkungan hubungan Andra. Biarlah ia mengurus semuanya sendiri.

Putri menghela napas saat melihat Martin pergi menjauh darinya. Otaknya kini berputar untuk bisa bertemu dengan Andra.

Jujur, setahun pergi meninggalkan Andra membuat Putri merasa ada sebagian dari dalam dirinya yang hilang.

Ternyata saat itu pilihannya salah. Salah karena telah pergi meninggalkan Andra hanya demi sahabatnya.

Reno Darmawan.

🌸🌸

Andra menunggu Amara yang sedang berganti pakaian di ruang UKS. Berjaga-jaga, jika ada lelaki iseng yang masuk kedalam. Andra tidak akan pernah rela jika Amara di lihat oleh siapapun.

Amara keluar dari UKS. Hal itu membuat Andra tersenyum senang. Gadis itu sudah tidak menggunakan baju kotor seperti tadi. Setidaknya, ia tidak akan sakit karena kebasahan.

Amara melemparkan jaket yang Andra berikan tadi. Tanpa mengucapkan terima kasih, Amara berlalu begitu saja.

Andra menghela napasnya sembari tersenyum. "Sama-sama, Amara," ucap Andra lirih.

Baru saja dirinya hendak melangkah, ia merasakan nyeri yang sangat hebat di bagian dadanya. Andra mengatur napasnya, namun nihil, nyeri di dadanya semakin sakit.

Andra memilih masuk kedalam ruang UKS dan menguncinya rapat-rapat, semua gordeng ia tutup. Ia tak ingin seorang pun melihat dirinya yang sedang kesakitan seperti ini.

"Argh!"

Mati-matian Andra menahan erangannya. Namun tak bisa, satu erangan lolos dari mulutnya begitu saja.

Keringatnya sudah mengucur sedari tadi. Membuat Andra berkali-kali menghapus keringatnya. Ia juga sudah mengatur napasnya dengan baik.

Lima menit berlalu, rasa sakit yang hebat itu kini kian mengendur. Entah mengapa sekelibat ia melihat Putri dan Amara tersenyum kearahnya.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang