9. Apa ini

2.6K 212 11
                                    

I love you today, tomorrow and forever.

🌸🌸
____

Andra sudah di perbolehkan untuk pulang kemarin malam, tentunya dengan di antar oleh Martin. Papanya kembali ke kantor karena ada urusan mendadak.

Pagi ini, hati Andra resah, entah mengapa Andra ingin cepat-cepat bertemu dengan gadisnya pagi ini di sekolah. Ah salah, lebih tepatnya calon gadisnya, siapa lagi kalau bukan Amara.

"Andra, tolongin Mama dulu."

Andra menghela napasnya saat mendengar suara Mamanya. Andra langsung berjalan kearah kamar Mamanya, karena memang Mamanya masih di dalam kamar.

"Ada apa, sih, Ma?" tanya Andra saat sudah berada di ambang pintu.

"Loh, Mama kenapa!" pekik Andra.

Bagaimana ia tak terkejut, Mamanya kini berwajah pucat, dengan tampang yang semrawut.

"Tolong telponin Papa, suruh Papa pulang, badan Mama lemes banget," lirih Bu Fahreza.

"Duh Mama, aneh-aneh aja deh. Eh, tapi si Mixel udah di kasih makan belum, Ma?"

Andra memang benar-benar keterlaluan! Mamanya sakit, masih sempat bertanya tentang Mixel, kucingnya.

"Andra cepetan, Mama udah nggak kuat."

Andra panik! Jantungnya kini mulai merasa sakit tak karuan, begini jika Andra di landa panik, jantungnya pun juga ikut panik.

"Halo, Papa! Mama nggak kuat katanya, napasnya, arghh."

Sial! Jantungnya sakit sekali, panik syndrome nya kumat. Bagaimana ini?

'Papa segera pulang, kamu jangan kemana-mana!'

Klik

Andra menoleh kearah Mamanya. Mamanya sudah memejamkan matanya, Andra yakini Mamanya kini sedang tidur karena napasnya sangat teratur. Namun, kini Andra ikut lega karena Mamanya masih hidup.

Andra mengambil pasokan udara sebanyak-banyaknya. Sepertinya, jadwal bertemu dengan Amara akan di tunda dan tidak bisa di percepat. Ia harus bisa mengontrol jantungnya terlebih dahulu dan menjaga Mamanya sampai Papanya pulang.

🌸🌸

Amara masuk ke dalam kelasnya, tentunya dengan Sinta dan juga Lula. Amara mengerutkan keningnya saat melihat mejanya masih kosong.

Biasanya, sudah ada susu kotak, roti dan juga cokelat dengan surat kecil disana. Tapi hari ini?

Amara langsung menoleh ke meja belakang, ternyata pria tengil itu belum sampai. Tapi, tidak biasanya Andra belum berangkat.

Zidan masuk ke dalam kelas setelah berpisah dengan Lili, pujaan hatinya. Zidan melirik kearah sampingnya.

"Lah, kok Andra belum sampe?"

"Lo nanya sama gue?" tanya Amara. Karena memang Zidan melontarkan pertanyaan tadi untuk Amara.

"Iyalah, terus gue nanya sama siapa? Tembok," tukas Zidan.

"Ya, siapa tau."

Amara memilih duduk, berusaha tidak peduli dengan apa yang Zidan lakukan.

Zidan terus menelpon Andra. Namun, sampai panggilannya yang ke sepuluh, pria tengil itu belum juga mengangkat telvonnya.

Tak berhenti sampai di situ, Zidan terus meneror Andra. Berharap pria itu mengangkat telvonnya, namun, ia menurunkan ponselnya saat melihat orang yang sedari tadi ia telvon memasuki kelasnya dengan gontai.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang