49. Happy Birthday, Ra.

1.5K 195 45
                                    

Terimakasih untuk sabar ngadepin sikap aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih untuk sabar ngadepin sikap aku. Makasih nggak pernah mundur, dan makasih untuk semuanya

🌸🌸
______

Amara memilih untuk pergi meninggalkan acara. Andra awalnya menolak karena acara belum selesai. Namun, Amara tetap memaksa. Padahal, belum ada pengumuman putra dan putri terbaik serta raja dan ratu promnight hari itu.

"Ra, ini masih jam 9, acaranya belum selesai," tegur Andra.

"Aku nggak mau. Pokoknya, aku mau pergi. Terserah kalau kamu mau masuk, aku bisa pergi sendiri."

Kosa kata Amara sudah berubah menjadi aku-kamu, ia sudah sedikit meluluhkan hatinya. Ucapannya bahwa ia bisa membuka hatinya untuk Andra tadi sepertinya tak main-main.

"Tapi siapa tau kamu dipanggil sebagai siswi berprestasi atau apa gitu?" cegah Andra.

Amara menggeleng, "Aku udah titip Lula sama Sinta. Biar mereka yang ambil kalo emang aku dapet."

Andra menghela napasnya, ia menurut untuk pergi bersama dengan Amara. Padahal rencananya, ia akan pergi pada pukul 10 nanti, agar ia tak terlalu lama membuang waktu. Tapi sepertinya, gadisnya ini sudah tidak betah didalam acara, karena memang tempatnya sangat berisik. Mungkin karena siswanya terlalu banyak disana.

Andra dan Amara masuk kedalam mobil. Andra melirik gadisnya dengan ragu. Sedangkan Amara hanya menganggukkan kepalanya.

"Ayo jalan," titah Amara.

Andra lagi-lagi menghela napasnya, tangannya terulur untuk memasangkan sabuk pengaman untuk Amara. Amara hanya diam sembari melihat gerak-gerik Andra.

Andra menatap Amara setelah memasangkan seatbelt dengan benar. Amara mengerjapkan matanya beberapa kali, jantungnya entah mengapa tiba-tiba berdegup dengan kencang.

"Kalo kamu lakuin ini hanya karena takut aku pingsan lagi, lebih baik kita masuk kedalem lagi, Ra. Nggak enak acaranya belum selesai, masih ada waktu satu jam lagi loh," tutur Andra.

Memang benar, alasan utama Amara ingin pergi adalah takut jika Andra tiba-tiba kelelahan dan pingsan seperti kemarin. Ia tak ingin sesuatu terjadi hal buruk pada Andra. Nalurinya berkata demikian, dan Amara tidak bisa menolaknya.

"Aku tetep mau pulang, kalo kamu nggak mau nganterin, aku bisa pulang sendiri." Amara berusaha membuka pintu mobil Andra. Namun telat, Andra sudah menguncinya lebih dahulu.

"Ra," panggil Andra.

"Apa?" Amara menyahut.

Tanpa diduga, Andra tersenyum dan mengusap puncak rambut Amara.

"Kamu makin cantik kalo lagi marah atau ngambek kaya gini."

🌸🌸

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang