Kunci utama hubungan itu adalah kepercayaan. Jika kamu ragu, maka cintamu juga perlu di ragukan.
🌸🌸
___Amara menurunkan ponselnya saat panggilannya beberapa kali tidak tersambung dengan Andra. Ya, setelah sadar apa yang sebenarnya tujuannya kerumah sakit, Amara mencoba menghubungi Andra, lebih tepatnya menghubungi Martin melalui ponsel Andra. Namun, ponsel Andra sepertinya sengaja di matikan, hal itu membuat Amara sulit untuk mengetahui dimana posisi Andra.
Mengapa Amara tidak menanyakannya pada resepsionis? Sudah, Amara bahkan sudah menanyakan pada suster dan juga Dokter yang sedang bekerja disana. Namun, mereka bilang tidak ada pasien bernama Andra.
Lalu, kenapa Martin bilang jika Andra kritis di rumah sakit ini? Apakah Martin membohongi dirinya?
Jika itu benar. Amara akan pastikan jika Martin akan mendapatkan balasannya nanti.
"Ra?"
Panggilan itu membuat Amara menoleh. Sedetik berikutnya, Amara tersenyum dan menghampiri brangkar rumah sakit.
Reno sudah sadar beberapa jam yang lalu, namun Dokter memberikan obat bius untuk membuat keadaan Reno sedikit lebih baik. Memang benar, pengaruh Amara memang sangat besar untuk Reno. Terbukti, sekarang Reno sedikit lebih membaik dari pada beberapa jam yang lalu.
"Kamu masih disini?"
Amara hanya mengangguk sebagai jawaban. Reno tersenyum hanya karena anggukan kepala dari gadis yang di depannya. Biarlah Reno dikatakan orang bucin, karena memang itulah faktanya.
Kehilangan Amara benar-benar hal yang buruk yang pernah ia lakukan.
Pikirannya tentang Amara dulu membuat dirinya gegabah. Dulu, ia benar-benar takut jika Amara akan pergi jika tau ia sedang sakit. Namun ternyata tidak, jika begitu, sedari dulu seharusnya Reno tak menutupinya. Dulu, Reno memang sedikit meragukan cinta Amara hingga ia melakukan hal yang gegabah dan membuatnya kehilangan Amara.
Namun sepertinya kali ini ia tak akan lepas lagi. Ia tidak akan membiarkan Amara pergi, tidak akan pernah. Reno yakin jika Amara masih memiliki perasaan untuknya.
"Kamu kesini untuk aku?" tanyanya.
Amara terdiam sebentar, lalu menggeleng. "Gue kesini buat jenguk temen gue. Kebetulan gue liat Mama dan liat lo nggak sadarkan diri, jadi gue kesini nemenin lo."
"Temen? Siapa?"
"Lo nggak perlu tau siapa. Lebih baik lo istirahat. Setelah itu, gue balik ya?"
Amara tetaplah Amara, awalnya Amara sedikit menyesal karena pernah berpikiran buruk pada Reno. Namun otak Amara kembali berpikir, jika Reno melakukan hal ini, itu tandanya Reno tidak mempercayainya dengan baik bukan?
Bukankah pasangan harus jujur satu sama lain?
Namun dari sana Amara merasakan jika Reno tidak bisa jujur akan apa yang terjadi pada dirinya. Walaupun Amara masih memiliki rasa pada Reno, namun Amara sadar, rasa cintanya sudah berubah menjadi rasa iba. Dan Amara melakukan ini hanya semata-mata peduli, bukan lagi Cinta.
Sejenak Amara memang terjebak akan masa lalunya. Akan rasa cintanya yang pernah ia jalani, namun Amara sadar hal itu salah.
Amara kembali memfokuskan dirinya pada Reno. Terlihat Reno kebingunan dengan jawaban Amara barusan.
"Ren, gue udah bilang sama lo kalo lo nggak usah deketin gue lagi kan?"
Reno mengangguk sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR, AMARA | ✓
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] "Nggak ada sejarahnya sel ovum ngejar sel sperma, ada juga sel sperma yang lari ngejar sel ovum!" ___ Ini cerita tentang seorang Andra Elvan Fahreza, yang tak pernah kenal lelah untuk mengejar cinta Amara yang ber-notabe sebagai ga...