Jika pada akhirnya aku harus mengalah. Percayalah, itu semua aku lakukan, semata-mata hanya untukmu.
🌸🌸
____Amara meletakkan surat dari sekolah, yang mengabarkan bahwa lusa akan ada event promnight sekaligus pemberitahuan kelulusan.
Amara mengambil brosur Universitas yang ada dimejanya. Ini adalah salah satu Universitas yang Amara dambakan. Hal yang selalu Amara inginkan sedari dulu.
"Apa iya, gue bisa masuk ke Universitas ini? Jelas, Univ ini kan elite banget," gumam Amara.
Suara pintu apartemen terbuka. Amara dengan cepat menoleh dan menangkap, siapa pelakunya.
"Ngapain sih kesini?" tanya Amara. "Mana nggak pake ketok pintu. Gue paham kalo lo punya kata sandi apartemen ini. Tapi bisa nggak, ketok dulu sebelum masuk?"
Amara bisa jelas melihat seseorang didepannya tengah memperlihatkan cengiran khasnya. Amara memutarkan bola matanya malas dan kembali melihat kearah brosur yang masih ditangannya.
"Maaf, aku pikir kamu lagi nggak ada disini," jawab Andra.
Ya, Andra lah pelakunya.
"Beli baju yuk, Ra, buat acara lusa. Mama sama Papa nyuruh aku buat beli baju buat kamu."
"Baju gue udah banyak," ujar Amara jujur. "Bilang sama Om Reza dan Tante Rahma, gue bisa pake baju yang lama."
Andra berdecak dan duduk disamping Amara.
"Ra, orang tua itu mau ngasih yang terbaik buat anaknya, dan mereka udah anggap kamu kayak anaknya sendiri. Jadi, mau ya? Aku janji, aku cuma beliin yang sesuai dengan kebutuhan kamu aja," jelas Andra.
"Tapi gue nggak enak, Ndra. Nanti yang ada orang mikirnya, kalo gue jadi pacar lo itu cuma gara-gara harta lo aja."
"Nyatanya nggak gitu kan? Sejak kapan kamu dengerin apa kata orang?" jawab Andra. "Ayolah.."
Amara mendesis, "Kalo gue bilang nggak, ya nggak!"
Lagi, Andra berdecak dan bangkit dari duduknya. Ia dengan berani membuka lemari pakaian Amara dan melihat koleksi baju gadis itu.
"Mana, Ra? Baju kamu nggak ada yang bagus?"
Amara menatap Andra tajam. "Maksud lo apa!"
Andra memberikan cengiran khasnya lalu mengangkat tangannya dan membentuk huruf 'V'.
"Maaf, lagian, aku kan cuma mau liat kamu cantik diacara promnight nanti."
"Gue nggak suka pake gaun-gaun alay, mending pake baju kaos sama celana biasa."
Andra membulatkan matanya tak percaya, "Ra, yang bener aja kenapa sih? Yakali acara kayak gitu kamu pake baju biasa? Apa kata guru, Ra."
"Eh, by the way. Itu apaan?" tanya Andra saat melihat brosur yang ada ditangan Amara.
"Brosur Universitas," jawab Amara jujur.
Andra tersenyum tipis dan duduk didepan Amara. "Kamu mau kuliah?"
"Semua orang juga mau kuliah, yang penting ada biaya."
Andra tersenyum tipis, dalam hatinya, ia juga ingin berkuliah seperti anak-anak yang lainnya.
Tapi ia sadar, ia tidak akan bisa.
"Kamu mau masuk jurusan apa?"
"Ngapain lo nanya-nanya?" tanya Amara sarkas.
"Nanya doang," ujar Andra. "Beneran kamu mau kuliah disana Ra?"
Amara menghela napasnya dan meletakkan brosur itu. Ia menatap Andra. Tatapan itu adalah tatapan yang selalu membuat Andra gugup. Jangankan ditatap intens, dilihat seperti ini saja Andra sudah ingin meninggal rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR, AMARA | ✓
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] "Nggak ada sejarahnya sel ovum ngejar sel sperma, ada juga sel sperma yang lari ngejar sel ovum!" ___ Ini cerita tentang seorang Andra Elvan Fahreza, yang tak pernah kenal lelah untuk mengejar cinta Amara yang ber-notabe sebagai ga...