10. Kabur

2.7K 209 2
                                    

Nggak semua masalah bisa kita tampung sendiri. Kadang, kita butuh orang lain untuk berbagi biar beban di pundak kita sedikit berkurang.

🌸🌸
_____

Hari ini, siswa kelas dua belas sudah mulai Bimbingan Belajar tambahan untuk Ujian Nasional.

"Ra, lo masih bisa loh pindah peminatan. Bareng gue aja, yuk," rengek Lula.

"Nggak bisa, La, gue mau tetep ngambil Biologi."

Lula berdecak, "Lo ngambil Biologi, Sinta ngambil Fisika. Gue ngambil Kimia sendirian, nih?"

"Ya, kan kita juga sama-sama sendiri, La. Nggak usah manja deh," tegur Sinta.

"Tapi gue nggak kenal sama kelas sebelah. Masa gue harus sekelas sama Yola pas bimbingan," rengek Lula, lagi.

"Loh? Bukannya si Yola ngambil mata pelajaran Biologi?" tanya Sinta.

Amara mengangkat bahunya acuh. Amara benar-benar tidak peduli jika nanti Yola akan satu kelas dengannya saat Bimbingan Belajar. Toh, selama ini Amara kalem-kalem saja jika gadis itu tidak mencari masalah duluan.

"Bibir dikulum, sipitin mata, Assalamualaikum, cinta!" sapa Andra. Ia mengedipkan sebelah matanya pada Amara. Sedangkan Amara memutarkan bola matanya malas. Disusul dengan Rama dan juga Martin di belakangnya.

"Muka udah kayak mendoannya Bu Mar aja belagu lo, Ndra," sargah Lula.

"Lo juga suka mendoan kan? Berarti, lo suka sama gue," ujar Andra asal.

"Lagi pada ngomongin apa, sih, seru banget. Udah di suruh masuk ke kelas Bimbingan tuh sama Bu Wina," ingat Martin.

"Ck! Lagian pake ada acara Bimbingan segala. Gue itu udah kaya, nggak perlu lagi nih yang namanya Bimbingan," ujar Rama sombong.

"Apa hubungannya Bimbingan sama kaya? Dasar kutu kupret!" sanggah Andra.

"Sekolah itu biar pinter. Bukan kaya!" sargah Sinta.

"Sekolah buat apa? Kerja kan? Gue udah kaya, nggak perlu kerja," sungut Rama.

"Dasar cowok sombong!" ucap Sinta tak suka. Ia langsung bangkit dan masuk kedalam kelas Bimbelnya.

"Nggak pa-pa sombong, yang penting ganteng!" teriak Rama.

"Udah woy, ayo masuk," ucap Martin mengingatkan.

Amara izin pergi ke toilet terlebih dahulu, ponselnya sedari tadi bergetar. Amara sempat melihat siapa yang menelponnya di jam sekolah. Setelah melihat namanya, ia langsung pergi, menjauh dari semua teman-temannya.

🌸🌸

"Halo."

'Halo, Ra. Bunda kamu mengamuk, kali ini Bunda sampai menyakiti para Suster.'

"Apa! Kenapa bisa, kak?" tanya Amara panik.

'Ada orang kesini. Saya nggak liat jelas orangnya, yang pasti, saya yakin kalo dia yang udah buat Bunda kamu ngamuk.'

"Aku kesana sekarang!" Amara langsung menutup sambungan dari Jay, ia bergegas untuk meminta izin pada guru bimbingannya hari ini.

"Mau kemana, Ra?" tanya Andra tiba-tiba.

"Lo nggak perlu tau, minggir!" sentak Amara.

Andra mengerutkan keningnya dan menarik lengan Amara untuk bersembunyi. Andra merapatkan badannya pada Amara agar guru yang sedang melintas tidak melihatnya.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang