5. Nasi Goreng

2.9K 257 3
                                    

Hadapi tantangan dengan kemampuan yang ada. Dan jangan lupa senyum!

🌸🌸
____

Mamanya Andra memang bawel, cerewet dan suka semaunya. Lihat saja, malam-malam begini Mamanya ingin makan Nasi Goreng Kambing. Alih-alih jika Mamanya itu ngidam katanya, padahal Andra sudah beberapa kali menolak untuk Mamanya hamil lagi karena Andra tak ingin punya adik.

Dan tidak bisa lihatkah Mamanya jika ia harus istirahat setelah hari panjang yang ia lewati? Ditambah dengan penolakan dari Amara yang membuat Andra harus berpikir lebih keras lagi, bagaimana cara membuat gadis itu jatuh di pelukannya. Tapi sepertinya, Mamanya itu tidak paham jika anaknya sedang kasmaran dan patah hati di waktu yang bersamaan.

Andra memilih untuk membawa mobil milik Mamanya. Karena memang, Andra dilarang untuk membawa motor karena angin malam sangat berbahaya untuknya. Sebenarnya Andra tak peduli akan hal itu, bisa saja Andra membawa motor kesayangannya. Tapi jika Andra nekat, motornya akan di rongsok oleh Mamanya. Sungguh kejam.

"Pak, Nasi Gorengnya satu ya," pesan Andra.

"Makan disini apa di bawa pulang?"

"Dibungkus disini, makannya dirumah, Bang," ucap Andra.

"Mau level berapa, ada level 1 sam--"

"Langsung level tertinggi aja, Bang, ikhlas saya," potong Andra.

"Yakin, Den? Nanti sakit perut loh," peringatnya.

"Nama saya Andra, Bang, bukan Aden. Terus kalo masalah sakit perut, nggak apa-apa, orang yang makan bukan saya."

"Loh, terus siapa?"

"Abang kepo banget dah. Udah deh, Bang, banyak nanya banget. Saya mau beli Nasi Goreng aja udah kayak mau lamaran kerja, pake di interview segala," omel Andra.

Abang Nasi Goreng hanya menggelengkan kepalanya bingung. Mungkin dalam hatinya ia jengkel dan mengumpati pembeli seperti Andra.

Andra duduk di kursi plastik, menunggu pesanan yang baru saja ia pesan. Andra melihat sekelilingnya, ia sudah lama tidak melewati bahkan merasakan angin malam seperti ini. Rasanya sangat nyaman dan indah. Dengan langit berwarna hitam dan dipenuhi oleh bintang yang di sinari oleh rembulan, sungguh pemandangan yang sempurna.

Andra menoleh kearah danau. Ia melihat sepeda yang sedang menyender, tak bermilikan. Sudah lama Andra tidak menaiki sepeda, mungkin terakhir ia naik sepeda saat masih SMP, tepatnya sebelum ia di diagnosa terkena penyakit seperti sekarang.

"Bang, itu sepeda punya siapa?" tanya Andra.

"Saya nggak tau," ucap Abangnya tanpa menoleh.

"Harusnya Abang tau, kan Abang yang mangkal," ujar Andra.

"Emang mau ngapain?"

"Saya mau pinjem sebentar."

"Mau pake sepeda aja pake interview segala," ucap Abang Nasi Goreng, membalikan perkataan Andra tadi.

"Yee. Interview sama nanya kan beda, Bang."

"Atuh sama, kan sama-sama nanya, gimana sih," ucapnya Ngegas.

"Yaudah biasa aja dong, Bang, nggak usah pake ngegas gitu," omel Andra.

Abang Nasi Gorengnya kini diam, berbicara dengan Andra memang membuat darahnya mendidih. Andra pun begitu, ia lebih memilih untuk menghampiri sepeda hitam itu, Andra sudah tidak sabar ingin menaiki sepeda itu dan berkeliling taman danau ini sebentar.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang