35. Kekhawatiran

1.8K 196 27
                                    

Mulut bisa berbicara bohong.
Namun tatapan .. ia tak akan pernah bisa berbohong.

🌸🌸
_____

Amara menghentikan segala aktifitasnya. Tatapannya menoleh 180° kearah lain. Ia merasa seperti ditatap oleh seseorang, dan dugaannya ternyata benar, dan diperkuat dengan seseorang itu bersuara memanggil namanya.

"Amara?"

Amara hanya tersenyum, ia melirik kearah Andra, ia juga tak kalah terkejutnya. Mungkin, ada Andra bingung atau bagaimana, Amara tidak mengerti.

Amara bangkit dari duduknya. "Mau apa lo kesini?"

Reno terdiam, ia melirik Putri yang terlihat tengah menahan air mata yang hendak jatuh dari pelupuk matanya. Lagi, ia menoleh kearah Amara, untuk memastikan, apakah benar ia adalah Amara.

"Andra?"

Kali ini gadis yang ia ketahui bernama Putri itu memanggil Andra. Amara menoleh kearah Andra yang ikut bangkit dan menatap kearah Putri. Jelas, Amara bisa melihat jika tatapan yang Andra berikan adalah tatapan benci.

"Masih berani nginjek rumah gue?"

"Kamu ngapain disini berdua sama perempuan?"

"Lo bahkan belum jawab pertanyaan gue barusan, kenapa lo masih berani nginjekin kaki lo di rumah gue," ujar Andra datar.

"Andra, aku--"

"Keluar," potong Andra. Ia menggandeng tangan Amara tanpa permisi.

Amara menoleh kearah Andra, melirik tangan yang tengah digandeng oleh Andra. Tanpa banyak berbicara, Andra membawa Amara pergi dari sana. Namun, secara sengaja Reno menarik tangan Amara hingga tangan Andra terlepas.

Andra merasakan hal itu, ia menoleh dan menatap Reno tajam. Reno pun tak kalah tajamnya melihat Andra.

"Jangan sentuh," ucap Reno.

"Lo siapanya?" tanya Andra sarkas. "Lo nggak ada hubungannya sama Amara bukan?"

"Dia mantan gue," jawab Reno percaya diri.

"Cuma mantan kan? Bukan pacar?" ucap Andra.

Tangan Reno mengepal kuat, ia hampir saja melayangkan pukulan mentah ke wajah Andra jika Putri tidak mencegatnya. Reno menatap Putri dengan penuh tanya, Putri hanya menggelengkan kepalanya sembari menangis.

Sedangkan Amara hanya diam. Ia ingin sekali bertindak banyak, tapi melihat Reno dan Andra emosi seperti ini, ia bingung harus membela siapa.

Reno, sang mantan.

Atau Andra?

"Jangan, Ren. Mending kita pulang aja," ajak Putri. Amara menoleh kearah Putri, gadis itu tetap baik pada Reno meski Amata tau mereka hanya sebatas sahabat.

Reno terlihat menggelengkan kepalanya, mencoba melepaskan cekalan tangan Putri.

"Gue akan pulang, kalo Amara mau ikut gue pulang."

"Amara nggak akan pulang, dia akan sama gue terus," jawab Andra.

"Apa hak lo?"

"Gue, gue cinta sama Amara. Gue sayang sama dia, dan gue janji akan ngelakuin apapun untuknya, bahkan nyawa gue sekalipun," jawab Andra lantang.

"CUKUP!" teriak Putri. Ia menutup telinganya rapat-rapat. Amara sampai terkejut dan mundur beberapa langkah karena memang posisinya berada tepat disamping Putri.

"Kita pulang," ajak Putri. Ia menarik tangan Reno dengan kasar, Reno awalnya menolak, namun nuraninya berakhir untuk mengikuti semua keinginan Putri.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang