44. Sebuah Pilihan

1.5K 179 22
                                    

Hanya disaat aku bersamamu, beban hidupku terasa menjadi ringan.

🌸🌸
______

Cara seru merayakan hari kelulusan

Ugal-ugalan saat merayakan hari kelulusan

Apakah hari kelulusan itu?

Tak hanya di Indonesia, dinegara ini beberapa orang yang lulus tanpa...

Viral! Merayakan kelulusan dengan cara seperti ini..

Rama berdecak saat membaca artikel yang terakhir, ia juga menggelengkan kepalanya berat. Ia juga sedari tadi sibuk memegang ponselnya sembari membulak-balikan sosis yang ada didepannya.

"Ram, yang bener kenapa sih? Lo niat mau bakar sosis, atau mau bakar ponsel lo?" tanya Sinta galak.

"Sebentar kenapa deh. Gue tuh lagi nyari cara seru buat ngerayain kelulusan. Tapi yang keluar aneh-aneh semua. Kepala gue sampe pusing bacanya," eluh Rama.

"Ya lagian, lo ngapain nyari gituan, hah? Bakalan ada promnight juga kan? Itu aja udah seru Bambang!" ujar Zidan sarkas.

"Gue nggak terima ya, ada promnight segala. Mana kudu bawa pasangan, masa iya nanti gue bawa Mak gue?" ucap Rama tak terima.

"Hidup lo miris banget sih, Ram? Udah cinta ditolak, nggak punya gebetan, Mak tukang marah. Udah paling bener kalo lo mati aja, Ram," nasihat Martin.

Rama mencibir, "Lo yang gue matiin, mau?"

Andra menggelengkan kepalanya. Ia sedari tadi hanya mendengarkan teman-temannya yang tengah mengeluh. Andra sendiri tidak minat untuk masuk ditengah-tengah percakapan mereka.

Kini, ia tengah fokus pada ponselnya dan menunggu pesan Amara.

Kemana gadis itu pergi?

Setelah pergi dari tempat peristirahatan Bundanya, ia memang bersama dengan Amara. Mereka berbelanja bahan makanan untuk barbeque malam ini. Namun, tiba-tiba Lula menghubungi Amara dan menyuruhnya untuk segera menyusul ketempatnya.

Andra awalnya ingin mengantar gadisnya itu sampai tujuan. Namun, Amara menolak dengan alasan Lula ada disekitar supermarket. Andra akhirnya mengizinkan Amara untuk bertemu dengan Lula. Sampai beberapa menit kemudian Amara meninggalkan pesan untuknya agar ia tidak menunggu Amara dan menyuruhnya untuk pulang lebih dahulu.

Dan sampai sekarang, gadis itu belum muncul juga.

Andra berdecak, ia kembali mengarahkan ponselnya kearah telinga, menghubungi gadisnya untuk segera datang kerumahnya.

"Angkat, Ra. Kamu kemana sih?" gumam Andra khawatir.

Zidan bangkit dari duduknya dan merangkul bahu Andra. "Itu daging mau dimasak sekarang apa gimana? Lo ngapain dah? Sibuk amat."

Andra menoleh kearah Zidan sebentar, Andra menurunkan tangan Zidan yang berada dipundaknya.

"Gue nungguin Amara, dia kemana ya?" tanya Andra.

"Cewek modelan kayak Amara mah nggak akan kenapa-napa, Ndra. Senggol bacok dia mah," ujar Rama menenangkan.

Martin mengangguk setuju, "Gue setuju sih kali ini sama Rama."

"Lagian, bukannya Amara perginya sama Lula?" tanya Sinta.

Andra mengangguk, "Iya, lo tau mereka kemana? Lo nggak ikut juga? Lo kan sahabatnya juga."

Sinta menggeleng dan meletakkan piring yang sedari tadi ia genggam.

"Bilangnya sih, Lula disuruh Ibunya kerumah Tantenya. Dan, Tantenya Lula itu galak banget. Lula nggak berani kesana sendirian, kalo sama Amara kan ada dekingannya," ujar Sinta.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang