4. Berbeda(?)

3.4K 262 4
                                    

Kamu hadir di hidupku hanya sekali.
Bagaikan angin yang hanya melewati pepohonan.
Namun mengapa rasa sakit ini masih membekas?

🌸🌸
_____

Amara baru masuk kedalam kelasnya. Untung saja hari ini guru sedang rapat besar-besaran untuk mempersiapkan Ujian Akhir Semester. Jadi Amara pergi untuk mencari Mimi di sekitar sekolah, walau Amara tau hasilnya akan tetap sama. Mimi tak akan pernah kembali padanya.

Amara membulatkan bola matanya saat masuk kedalam kelas. Bukan kelasnya yang buat ia terkejut, tapi tempat duduknya. Lihatlah, meja, kursi, bahkan tasnya sudah terselampir beberapa minuman teh instan yang sering ia minum dengan berbagai rada.

Amara menatap tajam kearah teman-temannya, seolah berkata 'siapa pelaku ini semua'. Tatapan mereka langsung tertuju kearah Andra yang sedang tertawa bersama Zidan. Memang Zidan dan Amara satu kelas, itu artinya kini Zidan satu kelas juga dengan Andra.

Amara langsung menggebrak meja milik Zidan. Membuat sang empu terjengit kaget. "Apaan sih, Mar, ngagetin aja."

"Gue nggak ngomong sama lo," tunjuk Amara pada Zidan. "Tapi sama lo!" sambung Amara sembari menunjuk Andra.

"Eh, Amara. Kenapa? Lo seneng kan sama suprise yang gue kasih? Lo suka minuman itu kan?" ujar Andra.

"Lo itu siapa sih! Gue baru pernah liat lo dan lo udah berulah! Mau lo apa!" sentak Amara. Zidan meringis, sedangkan Andra malah cengar-cengir tidak jelas.

"Oh iya kita belum kenalan," Andra mengulurkan tangannya. "Kenalin nama gue Andra Elvan Fahreza. Lo bisa panggil gue Andra or Baby juga nggak apa-apa biar lebih akrab," sambung Andra.

Amara menggelengkan kepalanya dan langsung menepis kasar tangan Andra. "Zidan, bilang sama temen lo kalo dia harus periksa ke rumah sakit jiwa!" ujar Amara dan langsung membereskan semua minuman teh instan yang berserakan itu. Setelahnya, ia langsung membuang semuanya ke depan kelas.

"Eh jangan dibuang!" teriak Zidan, ia langsung berlari kearah Amara dan mengambil semua yang ada pada tangannya. "Sayang kalo dibuang, Ra, mending gue jualin. Kan lumayan." ucap Zidan.

Amara menautkan kedua alisnya. "Terserah!" ketus Amara, ia kembali masuk ke kelasnya dan memberi tatapan sinis pada Andra. Andra diam dan memberi senyum manisnya walaupun Andra yakin Amara tak peduli sama sekali.

Sementara itu, Zidan sibuk dengan minuman instan yang ada ditangannya. "Ayo di beli dong, tea jusnya!" teriak Zidan.

"Murche-murche. Laris manis tanjung kimpul! Zidan manis banyak yang ngumpul, hobah!"

🌸🌸

Hari ini Amara sudah cukup bersabar menghadapi sifat Andra. Amara tak mengenal Andra sama sekali, melihat pun baru pagi ini. Tapi mengapa kelakuannya seeperti ini? Amara sempat berpikir bahwa selama ia tak melihat Andra, pria itu sedang berada di Rumah Sakit Jiwa. Andra benar-benar mencerminkan seperti orang yang sedang sakit jiwa.

Namun, menurut cerita teman-temannya, Andra pergi keluar negeri. Mereka pun tak tau apa yang ia lakukan disana, dan Amara semakin yakin, bahwa ia dibawa kesana karena gila dan pengobatannya belum selesai.

"Amara, pulang naik apa?" tanya Andra.

"Bukan urusan lo," tukas Amara.

"Urusan gue dong, lo kan calon pacar gue."

Amara tak menghiraukan Andra sama sekali. Ia menggandeng lengan Sinta dan Lula agar cepat keluar dari kelas. Kepala Amara rasanya ingin pecah mendengar ocehan Andra seharian ini.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang