28. Cemburu.

2.3K 194 11
                                    

Aku menyayangimu.
Semoga semesta memberikan izin untukku bersama denganmu.
Walau hanya sebentar.

🌸🌸
___

Andra membuka matanya dengan susah payah, ia memaksimalkan seluruh cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali agar semuanya bisa terlihat dengan jelas.

"Andra?"

Panggilan lembut itu membuat Andra menoleh, ia mengerjapkan matanya berkali-kali, dan sedikit tersenyum saat melihat bayangan seorang gadis yang amat sangat ia cintai kini berada di depannya yang tengah tersenyum manis kearahnya.

Tubuhnya terasa sangat ringan saat tangan gadis itu menyentuh tangannya dengan lembut. Lagi, Andra tersenyum simpul.

"Ra?"

Gadis itu menyengrit. Tatapannya kini berubah menjadi sendu.

"Aku Putri, siapa Ra? Ara?"

Andra terdiam sebentar. Lalu mengerjapkan matanya beberapa kali. Hingga kesadarannya 100% penuh. Andra membulatkan matanya saat ia tau, bahwa bukan Amara yang ada di sampingnya. Melainkan Putri, mantan kekasihnya.

"Kamu udah sadar? Mau aku panggilkan Dokter? Sebentar." Putri bangkit dari duduknya tak menghiraukan ekspresi Andra yang terlihat terkejut disana.

Tak butuh waktu lama, Dokter datang dan tersenyum kearah Andra. Di arahkan lah stetoskop pada dada dan tangan kanannya. Lalu lagi-lagi Dokter itu tersenyum.

"Kamu beruntung bisa mendapatkan gadis cantik seperti Putri, Andra. Dia benar-benar merawat kamu dengan baik selama seminggu kamu tidak sadarkan diri. Lihatlah, kamu sudah merasa lebih membaik bukan?"

Andra masih diam. Apa kata Dokter Sari katakan? Putri yang menjaganya selama seminggu? Yang benar saja. Bertemu saja Andra sudah malas bagaimana dengan di rawat?

"Kalau begitu saya akan kabari Papa mu dulu ya, Andra. Jangan terlalu banyak bergerak dulu." Dokter Sari tersenyum sembari berjalan keluar ke luar ruangan. Tak lama kemudian Putri masuk dan tersenyum kearah Andra.

"Kamu istirahat dulu ya? Kamu-"

"Kenapa?" tanya Andra tiba-tiba.

"Kenapa? Kenapa apanya Ndra?" tanya Putri bingung.

"Kenapa lo yang ada disini."

Jelas dari nadanya, Andra tak suka jika Putri ada disini. Putri pun tak bisa memungkiri, Andra memang benar-benar membencinya. Tapi, apakah jika niatnya menolong pun di katakan salah?

"Aku-" ucapan Putri terpotong saat Rahma, Mama Andra masuk ke dalam ruangan putranya. Putri menyingkirkan badannya, memberi ruang untuk Rahma mendekati Andra.

"Sayang, kamu udah sadar? Ya Tuhan. Mama bener-bener seneng banget waktu Dokter Sari nelpon Mama katanya kamu udah sadar? Mama bener-bener khawatir, Nak," ujar Rahma panjang lebar. Tak lupa ia juga mencium kening Andra dan tersenyum senang.

Andra tersenyum melihat Mamanya baik-baik saja. Ia mengalihkan pandangan ke perut Mamanya dan tersenyum.

"Andra nggak pa-pa, Ma. Mama nggak usah mikir yang aneh-aneh ya."

Rahma mengangguk. "Kamu jangan sampe kaya gini lagi, Ndra. Kamu buat Mama takut," ujar Rahma melirih.

Andra lagi-lagi tersenyum. "Iya, Ma. Andra berusaha bertahan demi Mama," ucap Andra menenangkan.

"Kondisi Andra sudah sedikit membaik, Tante. Tinggal istirahat yang cukup aja kok." Putri angkat bicara setelah sedari tadi ia diam tanpa mengikut pembicaraan antara Ibu dan Anak itu.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang