15. Takdir Tuhan.

2.7K 218 22
                                    

Jika Tuhan sudah berkehendak, tidak akan ada yang bisa mencegahnya. Walau manusia sekalipun.

🌸🌸
____

"Ayam kalo di goreng jadi apa?" tanya Rama tiba-tiba.

"Ya tetep jadi ayam lah, cuma bedanya ayamnya berpangkat. Jadi ayam-goreng," jawab Zidan asal.

"Ngaco! Yang bener itu, Ayamnya berubah nama, jadi bule. Kan fried chicken," ucap Martin menimpali.

"Ayam aja ada nama Inggris-nya. Masa gue nggak ya?" gumam Zidan.

"Kalo gitu, yang ada duluan di dunia ini itu ayam atau telur?" tanya Rama bingung.

Zidan melentikkan jarinya, "coba aja kita tanya sama ayamnya? Gimana? Pacar gue itu pengusaha ayam terbesar seper-wattpadan. Kali aja ayamnya bisa jawab atau nulis jawaban dari pertanyaan kita?"

"Bego di pelihara. Kalo ayam bisa ngomong atau nulis jadinya bakalan ribet," ujar Martin.

"Kok ribet?"

"Iyalah, nanti tuh para ayam-ayam nulis surat wasiat. Terus pembagian harta dan tahta makanan segala macem. Gue pusing sumpah ngebayangin nya," balas Rama.

Martin dan Zidan menjitak kepala Rama bersama-sama. Topik pembicaraan mereka sudah mulai ngawur!

Memang, seperti inilah jika mereka weekend. Berkumpul disalah satu rumah sahabat mereka. Dan kebetulan, hari ini mereka berkumpul di rumah Martin, karena orang tuanya masih berada di New York.

"Kok Andra belum sampe? Coba gue telpon kali ya?" usul Zidan.

"Eh," cegah Martin. "Biar gue aja," sambungnya. Ia langsung mengambil ponsel dan sedikit menjauh dari teman-temannya. Untung saja mereka tak curiga, karena mereka langsung melanjutkan pembahasan tentang si ayam tadi.

'Halo, Tin?' jawab Andra.

"Halo, Ndra. Lo nggak ikut ngumpul?"

Terdengar dari ujung sana, Andra terbatuk. 'Gue harus chek up, ini udah di seret sama Mama, jadi gue nggak bisa kabur. Hormon Ibu hamil emang lebih serem dari biasanya'

"Mau gue susul nggak?"

'Nggak usah, Tin. Salam buat yang lain, bye!'

"And--"

Andra asem! Sembarangan mematikan sambungan telpon saja, belum selesai Martin bertanya. Kata-katanya masih menggantung nih!

Tapi apa katanya tadi? Kambuh?

Apa Andra akan baik-baik saja?

🌸🌸

Andra menyimpan ponselnya saat selesai mematikan sambungan telponnya dengan Martin.

"Siapa yang telpon, Ndra?"

"Martin, Pa," jawab Andra sekenanya.

Terlihat Fahreza menganggukkan kepalanya paham. "Gimana di sekolah?"

Andra langsung melebarkan senyumannya. Jika berhubungan dengan sekolah, entah mengapa perasaannya menjadi bahagia seketika. Pikirannya bukan tertuju pada pelajaran, namun, langsung melayang ke sosok seorang gadis jutek yang sudah selama dua bulan ini ia rusuhi.

Ya, siapa lagi yang dapat membuat Andra segila ini kecuali Amara.

"Sekolah menyenangkan, Pa, untung aku pulang ke Indonesia."

"Dan untung juga, selama disini, kamu terlihat jarang sekali sakit."

Andra tidak membenarkan hal itu. Papanya memang tak pernah tau, jika dalam beberapa bulan ini, Andra sempat hampir drop karena Papanya sedang berada di luar kota. Kondisi Mamanya juga tidak memungkinkan karena Mamanya sedang mengalami morning sickness yang hebat setiap pagi.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang