Jangan takut membuka hati untuk seseorang. Tak semua orang sama seperti apa yang kamu takutkan.
🌸🌸
_____Awan yang cerah kini berubah menjadi mendung. Rintik hujan menjadi saksi dari semua cerita hari ini.
Pemakaman Bunda Amara berjalan dengan khidmat. Amara sudah tidak menangis lagi, air matanya sulit keluar saat sang Bunda diturunkan kedalam tanah.
Hatinya ingin menolak, namun ini kenyataannya.
Kini, Amara harus mengikhlaskan segalanya.
Segala yang berkaitan dengan Bundanya.
"Amara?"
Amara menoleh, lalu sedetik kemudian ia tersenyum. Tangannya terulur untuk membalas pelukan wanita yang kini berada didepannya.
"Kamu yang sabar ya, Nak? Bunda kamu orang baik. Tante yakin, Bunda kamu pasti ditempatkan disisi yang terbaik."
Amara menganggukan kepalanya. Lalu melepaskan pelukannya, mengingat kondisi wanita yang ia peluk sekarang tengah berbadan dua.
Ya, wanita ini adalah Rahma, Mama dari seorang Andra. Andra sengaja membawa Amara ikut kerumahnya. Amara juga tak sadar jika ia pada akhirnya ikut kerumah pria tengil itu. Sepertinya, kesedihannya merusak sebagian pikirannya.
Entah kemana pria itu sekarang. Amara baru sadar saat Mamanya memanggilnya tadi. Kenapa Amara tau wanita tadi adalah Mamanya? Wajahnya sangat mirip jika dibandingkan dengan Andra.
"Kamu cari Andra?"
Amara membuyarkan lamunannya. Ia tersenyum tipis. Sepertinya, Mamanya Andra bisa membaca pikirannya.
"Andra lagi dibelakang kasih makan kucingnya. Kamu mau liat?"
Amara hanya menganggukan kepalanya. Mulutnya terasa kelu untuk hanya sekedar menjawab 'Ya' atau 'Tidak'.
Belum sempat Amara berdiri. Andra sudah kembali membawa kucing berwarna kuning yang ada di gendongannya. Amara menatap kucing itu dengan seksama. Sekilas, ia seperti kenal dengan kucing itu. Tapi dimana?
"Ra, lo suka kucing? Ini kucing gue temuin disekolah waktu pertama kali gue masuk. Lucu ya?"
"Mimi," ujar Amara tiba-tiba. Hal itu membuat Andra menoleh. Sudah seharian ini gadis itu enggan untuk berbicara, dan akhirnya gadis itu membuka bibirnya dan berkata Mimi.
Atau maksudnya ia ingin minum?
"Lo mau minum? Biar gue ambil--"
Amara langsung merebut kucing itu dari tangannya dan memeluknya. Andra mengerutkan keningnya bingung dan menoleh kearah sang Mama. Rahma hanya menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahunya tanda tak tahu.
"Kenapa Mimi bisa disini?"
Mimi? Apa maksudnya nama kucing ini Mimi?
"Ah, itu--"
"Makasih."
Andra tertegun. Matanya terus menatap Amara dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Makasih udah jaga kucing gue," sambung Amara.
Ah, maksudnya .. Kucing ini milik Amara? Pantas saja kucing ini cantik dimata Andra.
"Ini kucing lo?"
Amara mengangguk kemudian melepaskan kucing yang diberi nama Mixel itu.
"Gue akan bawa Mimi pulang," ujar Amara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR, AMARA | ✓
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] "Nggak ada sejarahnya sel ovum ngejar sel sperma, ada juga sel sperma yang lari ngejar sel ovum!" ___ Ini cerita tentang seorang Andra Elvan Fahreza, yang tak pernah kenal lelah untuk mengejar cinta Amara yang ber-notabe sebagai ga...