Satu pintaku ..
Bersamamu, sampai akhir hayatku.🌸🌸
____Andra benar-benar memanfaatkan moment ini dengan baik. Dan Amara juga kali ini memberikan sebuah kesempatan untuk Andra bebas melakukan apapun.
Hanya untuk malam ini, tidak lebih.
"Mau makan apa, Ra?" tanya Andra saat sampai di salah satu cafe.
"Apa aja," jawab Amara singkat.
"Tunggu sini, dan jangan kemana-mana." Andra bangkit dari duduknya dan pergi menuju kasir, entah apa yang ingin lelaki itu lakukan, Amara benar-benar tidak peduli.
Amara membuka ponselnya. Ada banyak panggilan dari Jay disana. Memang, selama Amara bersama Andra, ponselnya di silent oleh Andra. Katanya, agar tidak mengganggu. Karena Amara tidak ingin berdebat panjang, akhirnya Amara men-silent ponselnya.
Amara menoleh kearah Andra yang masih sibuk memesan makanan. Amara bangkit dari duduknya dan memilih keluar cafe untuk sekedar menghubungi kembali Jay. Siapa tau, ada hal yang penting tentang bundanya.
"Halo, Kak?" sapa Amara saat Jay sudah mengangkat ponselnya.
'Halo, Ra, lama sekali. Sedang apa?' tanyanya.
"Mara lagi sama temen Mara, Kak, kenapa?" tanya Amara.
'Tadinya Kakak mau ajak kamu keluar. Tapi kayanya, kamu lagi keluar juga ya?'
"Amara atur waktu besok lagi ya Kak, Amara tutup dulu."
Tutt Tutt
Amara mematikan panggilannya sepihak. Entah mengapa Amara sedikit tidak nyaman dengan ajakan Jay barusan. Rasanya, Jay punya maksud lain dan Amara sudah bisa membaca hal itu.
"Ra!"
Amara menoleh saat Andra sudah kembali dengan membawa dua piring berukuran sedang. Amara kembali duduk dan melihat apa yang Andra pesan.
"Lo tau nggak kenapa gue mesen nasi goreng?" tanya Andra setelah ia kembali duduk.
Amara hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban. Andra menghela napasnya lalu tersenyum. "Lo inget nggak waktu gue lagi nyoba sepeda lo, terus gue dibilang maling sama lo? Inget nggak? Waktu di taman itu loh," ucap Andra.
Amara menghentikan aksi makannya, lalu melirik kearah Andra sebentar. Terlihat Andra tersenyum tulus padanya, Amara menghela napas lalu mengangguk sebagai jawaban.
"Sejak saat itu, saat gue ketemu lo, rasanya bahagia banget. Yang tadinya hidup gue cuma ada warna hitam abu-abu, sejak ada lo berubah jadi warna merah, kuning, hijau. Ya .. pokoknya berwarna deh. Terus--"
"Bisa kita makan dulu?" potong Amara cepat. "Kalo lo masih ngoceh terus kayak Nenek-nenek. Lebih baik gue balik," sambungnya.
Andra langsung bungkam dan memilih diam menghabiskan makanannya. Jujur saja, dalam hati, Amara ingin sekali tertawa saat Andra menjadi penurut seperti ini.
Tapi, jika dipikir, Andra memang tidak pernah melakukan hal yang macam-macam. Dia hanya melakukan apa yang ia bisa, memang kesannya sedikit memaksa, namun, entah mengapa dimata Amara, Andra adalah seorang lelaki yang terbilang .. berbeda.
Namun rasa itu sering datang dan hilang diwaktu yang sama. Perasaan yang menuntutnya untuk tidak lagi terbawa perasaan, apalagi pada lawan jenis. Sudah cukup luka yang di berikan mantannya, dan ia tak ingin menambahnya lagi jika ia menaruh perasaan lebih pada Andra.
Bisa saja, Andra pergi meninggalkannya saat ia sudah mulai menyayanginya.
Jadi, lebih baik seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR, AMARA | ✓
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] "Nggak ada sejarahnya sel ovum ngejar sel sperma, ada juga sel sperma yang lari ngejar sel ovum!" ___ Ini cerita tentang seorang Andra Elvan Fahreza, yang tak pernah kenal lelah untuk mengejar cinta Amara yang ber-notabe sebagai ga...