32. Bersamamu.

1.8K 188 13
                                    

Ajarin gue, untuk selalu sabar ngadepin lo. Ajarin gue, biar gue nggak pernah berhenti mencintai lo - Andra Elvan Fahreza.

🌷🌷
____

Awan hitam kini berubah menjadi putih yang indah.

Pagi yang cerah untuk hari yang baru.

Amara siap untuk menjalani hal yang berbeda dari biasanya. Ia mengusap foto yang terpasang rapih dimeja riasnya.

"Manda akan bahagia, untuk Bunda. Bunda yang tenang disana ya? Manda ikhlas, dan Manda juga janji nggak akan sedih lagi."

Senyuman dibibir Amara menghilang saat ia mendengar bel diluar apartement. Amara bangkit dan mengikat rambutnya asal.

"Ya, siap--"

"Selamat pagi, Nona."

Amara mengerutkan keningnya. "Lo, dari mana lo tau tempat gue sekarang?"

"Yang ngater lo kesini, siapa?"

"Bokap lo," jawab Amara cepat.

"Nah, kan gue anaknya. Jadi, gue tinggal tanya deh," ujar Andra. Ia tersenyum puas saat melihat eskpersi Amara yang terlihat datar.

"Ayo pergi."

"Kemana?" tanya Amara malas.

"Kencan."

🌷🌷

Andra mengajak Amara pergi jalan-jalan. Tentunya dengan menggunakan mobil milik Papanya. Karena mobilnya rusak total akibat kecelakaan itu, dan tidak ada pembicaraan khusus antara orang tua Yola maupun keluarganya. Semuanya dibiarkan saja oleh sang Papa. Katanya, yang penting Andra dan Amara selamat.

Harta bisa dicari, tetapi nyawa tidak bisa ditukar dengan apapun.

"Lo mau ngajak gue kemana?" tanya Amara.

"Sarapan, abis itu beli peralatan buat Ujian."

Amara memutarkan bola matanya. "Lo nggak lupa kan kalo Ujiannya pake komputer?" tanya Amara.

Andra terdiam. Ia berpikir sebentar lalu tersenyum. "Oh iya, gue lupa. Suka grogi kalo deket sama orang cakep."

Amara berdecih, kemudian melihat kearah jendela. Dengan sengaja, Amara membuka jendela mobil agar udara pagi masuk kedalam mobil.

"Nanti AC mobilnya rusak kalo lo buka jendelanya, Ra," peringat Andra.

"Apa perlu gue buka aja pintunya sekalian?" tawar Amara. Sontak, hal itu langsung dijawab gelengan oleh Andra.

"Kita makan di cafe ujung sana aja ya?"

"Gue nggak mau di cafe. Hiasannya doang yang cakep, porsinya sedikit. Mana kenyang gue," cecar Amara.

Andra mendelikkan matanya kaget. Baru kali ini Andra mendengar hal itu dari mulut Amara. Ternyata, gadis mungil didepannya ini makan dengan porsi banyak.

"Beneran?"

"Lo pikir gue nggak tau? Gue kerja di restorant Maminya Sinta. Lo inget?"

"Iya, terus kita mau makan dimana?" tanya Andra.

"Nanti gue tunjukin jalannya. Lurus aja."

🌷🌷

Andra menatap piring didepannya tak percaya. Amara memilih makan dipinggir jalan dengan seporsi nasi dengan campuran lauk pauk yang baru saja Andra lihat. Ah, mungkin ini bisa jadi kali pertama ia makan makanan ini.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang