Cepat pulih, cepat kembali. Aku rindu.
🌸🌸
______
Hari ini adalah hari penentuan bagi masa depan Amara.
Ya, hari ini ia akan melakukan ujian di salah satu universitas ternama di Indonesia. Apalagj, jurusan yang diambil Amara pun terpaut cukup sulit untuk digapai oleh sebagian orang, termasuk Amara.
Jurusan Kedokteran. Ia memantapkan hati untuk memilih jurusan itu. Ia nekat melakukan segala macam cara agar ia mampu masuk ke Jurusan itu dengan nilai yang sempurna. Ia harap, hasilnya akan keluar sesuai dengan keinginannya.
Amara keluar dari ruang ujian. Hal pertama yang ia lihat adalah Lula yang baru saja keluar dari ruang ujiannya yang berhadapan dengan ruang ujian Amara. Lula terlihat tersenyum bahagia dan melambaikan tangannya. Setelahnya, Lula menghampiri Amara dan memeluknya erat.
"Ra, gue seneng banget! Soalnya gampang banget dan gue bisa jawan semuanya! I'm very happy," suka Lula.
Amara tersenyum dan melepaskan pelukan Lula pelan.
"I know you got it, La. Good luck," ujar Amara.
"Thank you .. dan gue juga yakin banget kalo lo bakalan diterima di Jurusan lo. Gue yakin 99,99%" kata Lula menyemangati.
"0,1% lari kemana?" tanya Amara.
"Sisain, buat Sinta." Lula terkekeh pelan melihat wajah datar Amara setelah ia mengatakan hal itu.
"By the way, Sinta jadi ngambil Jurusan Hukum ya?" tanya Lula.
Amara mengangguk, "Jadi, kemarin udah tanya-tanya sama Kakak tingkatnya."
"Cewek cowok?"
Amara menoyor kepala Lula hingga kepala gadis itu sedikit kebelakang.
"Ra ih! Sakit tau," protes Lula.
"Otak lo isinya cowok doang."
Lula terkekeh, "Namanya juga usaha, Ra."
"Ra."
Amara menoleh dan melihat dua penampakan didepannya. Satu penampakan itu tengah memberikan cengiran khas pada mereka berdua, dan satu lagi tengah menatapnya serius.
"Apa lo cengar-cengir?" ucap Lula sarkas.
"Galak banget lo, La. Kayak Ibu-ibu yang suka nagih utang panci di komplek gue," ungkap Rama jujur.
"Lo belum pernah digetok sama panci?"
Rama mengangguk cepat, "Belum. Soalnya, Mak gue suka ngamuk kalo panci digetok ke kepala gue. Katanya, sayang pancinya."
Lula memutarkan bola matanya malas dan menyeret Rama untuk pergi. Meninggalkan Amara dan Martin sesuai dengan isi pesan Martin.
Sebelumnya, Martin sudah terlebih dahulu mengirim pesan pada Lula. Ia meminta Lula untuk membawa Rama pergi dan meninggalkannya bersama dengan Amara karena akan ada yang ingin mereka berdua bicarakan. Lula menurut, hingga akhirnya mereka berdua kini ditinggalkan berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR, AMARA | ✓
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] "Nggak ada sejarahnya sel ovum ngejar sel sperma, ada juga sel sperma yang lari ngejar sel ovum!" ___ Ini cerita tentang seorang Andra Elvan Fahreza, yang tak pernah kenal lelah untuk mengejar cinta Amara yang ber-notabe sebagai ga...