6. Kantin

2.9K 256 12
                                    

Jadi, kapan siap buka hati?

🌸🌸
____

Kantin pojok, atau biasa disingkat Kajok ini adalah tempat nongkrong Andra cs.

Kembalinya Andra ke sekolah ini sudah tersebar kemana-mana. Para mantan-mantan Andra kini bereaksi kembali dan mulai memperlihatkan perhatiannya lagi.

Seperti tadi pagi saja, cokelat di meja Andra sudah penuh. Zidan langsung bergerak untuk memungut semua cokelat yang ada.

Seperti biasa, Zidan menjual semua cokelat itu di kantin sekolah, dengan alasan 'Bapak saya yang buat cokelat, jadi saya titip jual', dan dengan baik hatinya Ibu kantin mau dititipi cokelat itu oleh Zidan.

"Woah, kalo gini mah cepet kaya gue," ucap Zidan sambil menghitung hasil jualannya hari ini.

"Ada bagiannya Andra tuh jangan lupa. Tu cokelat kan bakal buat Andra," ujar Rama mengingatkan.

"Makmur ya kalo si Andra balik. Uang jajan utuh, kalo jajan tinggal pake duit hasil jualan cokelat," sambung Martin.

"Gue nggak paham deh sama cewe-cewe disekolah ini. Masih aja ternyata ya kelakuannya dari dulu." Andra menyeruput juice miliknya.

"Iyalah masih, lo aja yang berubah gila sejak ketemu sama Amara." Rama mencomot gorengan milik Zidan, Zidan dengan cekatan mengetok kepala Rama dengan tangannya yang penuh dengan minyak.

"Woy! Tangan lo bau mendoan, Dan!"

"Biar aja, biar rambut lo mirip sama tempe mendoannya Bu Mar," ujar Zidan.

"Nggak ganteng lagi dong gue," rengek Rama.

"Nggak usah ngerengek lo, nggak bakalan nambah ganteng. Atau bikin si Cici suka sama lo," ujar Zidan.

Rama menoyor kepala Zidan kencang, hingga terjungkal ke belakang, "Mentang-mentang udah punya cewek lo."

"Asem lo!" sentak Zidan.

"Oh iya, hari ini gue belum liat Amara. Kemana ya?" ucap Andra menengahi pertengkaran sahabatnya itu.

"Tadi sih gue liat dia di koridor, palingan nungguin Sinta," ucap Martin.

Andra menatap Martin penuh selidik, "Lo masih stalking-stalking Amara ya, ngaku lo!" desak Andra.

Martin menghela napasnya, "Nggak, denger dulu makanya," ujar Martin malas.

"Gue tadi ngembaliin bola basket di ruang properti, terus gue liat dia berdiri di koridor, itu aja."

"Tuhkan bener kata gue, lo masih ngintilin Amara," ucap Andra tak terima.

Martin berdecak sebal. Belum pernah Andra seperti ini, mungkin benar, Andra sudah gila akibat cinta pandangan pertamanya pada Amara.

"Come on, gue cuma kebetulan aja. Lo kenapa ngebet banget dah."

Rama mengunyah gorengannya dengan cepat, "Heh, lo emangnya nggak gitu, dulu. Udah ditolak juga masih ae mepet," ujarnya.

"Pepet teruss, jangan kasih kendor!" dukung Zidan.

Setelah mengatakan hal itu, telinga Zidan terasa panas. Seperti ditarik kesegala arah. Sambil memekik kesakitan, Zidan menoleh kearah samping.

Betapa terkejutnya ia saat melihat gadis yang bernotabe nya sebagai kekasihnya itu sedang menatap tajam kearahnya.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang