Apakah aku bisa membuka hatiku?
Secepat kamu menerimaku didalam hidupmu?🌸🌸
______Martin baru saja keluar dari kamar mandi. Hari ini, ia cukup lelah karena Ayahnya mengajaknya untuk pergi bertemu dengan rekan bisnisnya. Padahal, ia masih terlalu kecil untuk mengurus bisnis-bisnis seperti Ayahnya.
Martin merebahkan dirinya diranjang kesayangannya. Ia mengambil ponselnya yang sedari tadi berbunyi, Martin mengerutkan keningnya saat melihat nama Amara tertera dilayar ponselnya.
"Amara? Kenapa ni anak nelpon gue? Perasaan hari ini gue nggak ngelakuin kesalahan atau lakuin hal yang aneh-aneh deh," gumam Martin.
Seorang Amara menghubunginya, itu sangat langka. Jika bukan karena ia melakukan kesalahan atau karena ia mengusik gadis itu, gadis itu tak akan pernah menghubunginya seperti ini.
Tapi apakah kali ini penting? Karena ia menelpon sampe 12 kali?
"Halo?" sapa Martin saat ia telah menggeser tombol hijau yang ada dilayar ponselnya.
'Martin, tolongin gue.'
Martin langsung bangkit dari tidurnya. Ia bisa mendengar jelas jika gadis itu tengah menangis.
"Lo kenapa?!" tanya Martin panik.
'Andra pingsan, gue nggak bisa bawa mobil.'
"HAH?!" teriak Martin. "Lo dimana? Sharelock sekarang!" Martin mematikan panggilannya dan langsung bangkit dari duduknya. Ia mengambil jaket yang tergeletak disofa kamarnya, serta mengambil kunci mobil didalam lacinya.
Ia langsung pergi menggunakan mobilnya. Ia mengendarainya sangat cepat. Hatinya berdegup lebih kencang dua kali lipat dari biasanya.
Rasa khawatirnya jauh lebih besar sekarang. Apa yang dilakukan pria itu sampai pingsan didepan Amara! Pasti, Andra melakukan suatu hal sampai ia tak bisa mengontrol dirinya sendiri.
Martin membelokkan kemudinya kearah yang berbeda dari tujuan. Ia harus pergi kerumah seseorang untuk membawa mobil Andra nanti, karena tidak mungkin juga jika nanti mobil lelaki itu ditinggal. Lagipula, ia juga harus mencari teman untuk membuat Amara sedikit tenang.
Lula. Ia akan pergi kerumah gadis itu. Semoga ia mampu membuat Amara sedikita tenang nantinya.
🌸🌸
Amara menghapus air matanya, ia masih menopang kepala Andra dengan pahanya dan masih berusaha menggoyangkan serta membangunkan lelaki itu. Tempat ini sepi, dengan minim cahaya, sehingga Amara sulit untuk meminta tolong. Ditambah, keadaan Andra sekarang juga semakin memburuk. Terlihat dari tangannya yang dingin serta mukanya yang semakin pucat pasi.
"YaAllah Ndra, lo kenapa sih, ayo bangun." Amara menggosok-gosokkan tangannya sendiri sembari menggenggam tangan lelaki itu. Berharap, ini memberikan sedikit kehangatan pada Andra.
"Tolong woy! Siapapun yang ada disini tolong!" teriak Amara. Jika dihitung, mungkin ia sudah berteriak seribu kali, namun tidak ada yang menyahut sama sekali.
"Andra bangun, please, jangan buat gue bingung kayak gini," lirih Amara. Ia memeluk kepala Andra sembari melihat sekeliling.
Martin, kemana lelaki itu. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Andra, ia harus tanggung jawab!
"RA!"
Amara menoleh dengan cepat, ia melihat Martin dan Lula berlarian kearahnya.
"Andra main basket?" tanya Martin, ia berusaha untuk tidak emosi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR, AMARA | ✓
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] "Nggak ada sejarahnya sel ovum ngejar sel sperma, ada juga sel sperma yang lari ngejar sel ovum!" ___ Ini cerita tentang seorang Andra Elvan Fahreza, yang tak pernah kenal lelah untuk mengejar cinta Amara yang ber-notabe sebagai ga...