Aku menemukan kebahagiaanku karenamu.
🌸🌸
____Lula berusaha menghubungi Amara, karena ia tak ada di apartement yang Fahreza berikan kepadanya. Namun, sedari tadi Amara tak mengangkat panggilannya.
Lula berusaha menghubungi Andra, bisa jadi, gadis itu berada bersama Andra mengingat Andra selalu mode bucin dengan Amara. Namun hal yang terjadi Cuma sama, Lula tak mendapatkan respon dan jawaban dar Andra.
"Mereka kemana, sih?" gumam Lula gemas. Ini jalannya yang terakhir, ia menghubungi Martin. Berharap, Andra dan Amara tengah bersama engan Martin.
'Halo?'
Lula menghela napas lega. Akhirnya pria itu menjawab panggilannya.
"Halo, Tin. Lo lagi sama Amara atau Andra nggak?" tanya Lula to the point.
'Hah? Gue seharian nggak ketemu sih sama Andra. Kenapa deh?'
Lula menghela napasnya. "Gue ke apartemennya Amara. Tapi dia nggak ada. Gue pikir, Amara pergi sama Andra. Tapi, Andra nggak angkat panggilan gue. Perasaan gue nggak enak, Tin."
Tidak ada jawaban beberapa menit dari Martin. Sampai akhirnya, terdengar suara napas gusar dari Martin.
'Share location sekarang. Kita cari mereka sama-sama.'
🌸🌸🌸
Andra terus menatap Amara dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Reno sudah masuk kedalam ruangan dan sudah hampir tiga puluh menit Dokter belum juga keluar.
Orang tua Reno sudah ada disini, mereka juga terlihat tak kalah paniknya dengan Amara dan Putri.
Andra sampai heran, apa yang diberikan Reno kepada dua gadis yang pernah ia cintai ini.
Ralat, sampai saat ini Andra masih mencintai Amara.
"Ra, duduk dulu. Nggak capek apa bulak-balik," tegur Andra. Memang, sedari tadi, Amara tak bisa diam. Ia terus berjalan kearah kanan dan kiri, sudah seperti setrikaan saja menurut Andra.
Amara menoleh kearah Andra. Ia menatap Andra dengan tatapan acuh. Andra hanya diam sembari tersenyum, berharap gadis itu tidak meledakkan emosinya sekarang.
Pintu ruangan terbuka menandakan Dokter telah selesai menangani Reno. Andra bangkit dan berdiri disamping Amara, menatap Dokter yang sedang menatap kearah mereka semua.
"Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" tanya Mama Reno.
"Keadaan Reno semakin melemah, Bu. Kita harus segera menemukan sumsung tulang belakang yang cocok dengan Reno. Waktunya hanya 3 bulan, dari sekarang."
"Dokter bukan Tuhan yang tau sampai kapan umur orang," gumam Amara. Terlihat kilatan amarah pada mata Amara yang terlihat jelas oleh Andra. Namun, ia diam dan tetap berusaha mendengarkan penjelasan sang Dokter.
"Memang, namun kondisi Reno sudah cukup parah," jawab sang Dokter. "Kita harus segera bertindak, jika tidak, nyawanya tidak akan tertolong."
Putri yang sedari tadi diam kini mulai memeluk Mama Reno. Tangisan Mama Reno membuyarkan lamunan Andra.
Apakah penyakit Reno lebih parah darinya?
Hal itu yang pertama kali ada dipikiran Andra. Ia menolehkan kepalanya kembali untuk melihat Amara, gadis itu tampak masuk kedalam tanpa menoleh kearahnya. Andra hanya menatap Amara dari luar ruangan, namun, tangisannya bisa Andra dengar dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR, AMARA | ✓
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] "Nggak ada sejarahnya sel ovum ngejar sel sperma, ada juga sel sperma yang lari ngejar sel ovum!" ___ Ini cerita tentang seorang Andra Elvan Fahreza, yang tak pernah kenal lelah untuk mengejar cinta Amara yang ber-notabe sebagai ga...