18. Ingin bertemu.

2.4K 202 11
                                    

Hargailah setiap waktu yang ada, karena kepergian tak kenal kata pamit.

🌸🌸
_____

Awalnya Amara ingin kembali ke sekolah. Namun, niatnya hilang begitu saja. Ia memilih untuk pergi ke rumah sakit dimana tempat Bundanya di rawat. Banyak yang ingin Amara ceritakan pada Bundanya, walaupun Amara yakin Bundanya tak akan pernah membalas ucapannya. Namun setidaknya, ia bisa berkeluh kesah dengan Bundanya disana.

"Loh, Kak?"

Jay menoleh kearah suara yang memanggilnya. Jay tersenyum saat melihat gadis cantik yang kini berada di hadapannya.

Tapi tunggu .. Jay menatap Amara intens dan penuh selidik. "Kamu bolos, Ra?"

Amara menunjukan cengiran khasnya sembari memainkan sepatunya. Jay menggeleng, sepertinya dugaannya benar jika gadis nakal ini kabur dari sekolahnya.

"Ayo balik ke sekolah. Kakak antar kamu sampai sana."

Amara menggeleng. "Aku mau ketemu Bunda, Kak."

"Bunda baru selesai makan dan sekarang tidur. Kamu bisa ketemu dia setelah pulang sekolah. Apa kata dunia kalo remaja zaman sekarang sekolahnya kabur terus. Mau jadi apa Indonesia kalo semua anak muda kayak kamu, suka bolos," sindir Jay panjang lebar.

"Dih, kok Kakak yang ngomel?" ucap Amara. "Kak, aku tadi nganter temen ke rumah sakit. Terus, dari pada aku balik ke kelas, mending aku kesini."

Jay mengerutkan keningnya. "Temen kamu kenapa?"

Amara mengangkat bahunya acuh. "Mau dia mati pun, aku nggak peduli, Kak."

"Kakak tau, pasti temen kamu cowok kan? Makanya kamu jadi males kayak gini?"

Amara memutarkan bola matanya malas. "Iya, anaknya nyebelin banget. Pertama kali masuk udah bilang suka lah, sayanglah, cinta lah. Halah, basi!"

Jay terkekeh pelan lalu mengusap kepala Amara dengan gemas. "Kamu nggak boleh kayak gitu, Ra. Kalo kamu nanti suka sama dia gimana? Senjata makan tuan loh."

"Hih." Amara bergidik ngeri.

"Hargai setiap waktu, karena kepergian tak kenal kata pamit."

Amara berdecak kesal. "Kak! Aku nggak mau ngomongin dia!"

Jay tertawa melihat Amara mulai marah. Jay mengusap rambut Amara dengan sayang.

"Yaudah, gih sana masuk. Jangan berisik ya? Soalnya Bunda baru tidur. Kakak mau ke ruangan sebelah."

Amara menganggukan kepalanya dan membiarkan Jay pergi. Ia langsung masuk kedalam ruangan Bundanya.

Amara sempa terpaku saat melihat Bundanya masih menggenggam lolipop yang diberikan Andra beberapa minggu lalu.

Kenapa Bundanya belum memakan lolipop itu?

Amara mendekat dan berusaha memindahkan lolipop itu dari tangan Bundanya. Namun sayang, Mia langsung bangun dan melirik kearah Amara. Ia langsung memeluk lolipop itu kuat-kuat.

"Jangan sentuh!"

Amara tersentak saat Bundanya ternyata terbangun. Amara memasang senyum manisnya dan duduk didekat Bundanya.

Mia hanya melirik sebentar kearah Amara. Lalu menoleh kebelakang. Mia mengerutkan keningnya dan kembali melihat Amara.

"Kemana?" tanyanya.

"Kemana apanya Bun?" tanya Amara bingung.

"Laki-laki .. laki-laki gila mana?" tanyanya, lagi.

"Kak Jay? Dokter Jay?" ucap Amara.

DEAR, AMARA | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang