Mata Hera dan Sabian terpaku pada layar yang menampakkan calon anak mereka. Hera menggenggam tangan suaminya erat, ia masih saja terharu pada setiap kesempatan pemeriksaan kandungan.
"Kandungan Mbak Hera sehat, kepalanya udah di bawah." ucap dokter Ghina.
Melalui pemeriksaan rutin itu, Hera dan Sabian pun tahu jenis kelamin calon anak mereka. Dokter Ghina bilang anak mereka kemungkinan besar laki-laki. Sabian langsung menanggapi itu dengan bahagia.
"Dua minggu lagi jangan lupa ke sini lagi, ya, Mbak, Mas." ujar dokter Ghina yang ikut berdiri dari duduknya.
"Makasih, ya, Dok." balas keduanya.
Hera tak henti-hentinya menatap hasil USG. Sabian yang berjalan di sampingnya, merangkul pundak istrinya itu.
"Kamu mau aku masak atau mau beli aja?" tanya Hera.
"Kamu ga cape emang?" Sabian balik bertanya.
Hera tersenyum. Ia selalu bingung dengan cara Sabian yang selalu mengerti dirinya.
"Aku cape, Bi. Tapi kalo kamu maunya masakan aku, gapapa kok." balas Hera akhirnya.
"Ya udah masak yang simpel-simpel aja." Sabian memang sedang ingin masakan istrinya.
Selama tujuh bulan Hera hamil, Hera tidak mengalami ngidam sama sekali. Sabian-lah yang mengalami ngidam. Beruntung karena permintaan Sabian bukanlah permintaan yang aneh-aneh.
Selepas makan malam, Hera mengeluh sakit pinggang. Sabian dengan inisiatif siaga segera memijit pinggang Hera yang pegal.
Sabian dapat melihat mata Hera yang berkaca-kaca, "Hey, kenapa nangis?"
Air mata itu malah jatuh di pipi Hera, ia beberapa kali mengusap pipinya. Semenjak hamil, Hera memang menjadi lebih sensitif. Perasaannya menjadi mudah tersentuh.
"Makasih, Bi..." Hera bersuara dengan sangat lirih.
"Makasih udah selalu ada, makasih udah ngerti aku, makasih..." lanjut Hera.
"Itu tugas aku, Ra. Sini." Sabian mendekap Hera dalam pelukannya, "Jangan nangis lagi."
"Maaf kalo aku belom bisa kayak gitu ke kamu." Hera menangis dalam pelukan Sabian.
"Udah, Ra. Makasih udah mau hidup sama aku." Sabian menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Step
Short Story[COMPLETED] Hera Anindhita dan Sabian Pratama diuji dalam kehidupan pernikahan mereka. Hera bersiap untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak. Sabian juga mendapat pengalaman pertamanya sebagai ayah. Mereka berdua berusaha menjadi orang tu...