41

5.9K 334 6
                                    

Semenjak menikah dan memiliki anak, baik Hera maupun Sabian, cinta keduanya terbagi. Dan alasan keduanya untuk bertahan bukan hanya karena satu sama lain, tapi juga karena ada anak yang menjadi tanggung jawab sepenuhnya. Kehidupan setelah pernikahan dan pacaran tentu berbeda jauh. Hidup Hera dan Sabian sudah sudah terpusat kehidupan anak-anak mereka.

Rasyifa Kalila Pratama, putri pertama Hera dan Sabian, lahir pada pukul dua siang lalu. Sabian benar-benar menangis selama proses kelahiran putrinya itu. Sabian sangat khawatir dengan kondisi Hera. Dokter bilang, Hera akan mengalami kesulitan karena usianya yang tidak lagi muda. Tidak akan selancar kelahiran kedua putranya.

"Aku bisa, Bi..." lirih Hera masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lalui.

"Iya, Sayang..." balas Sabian mengecup kening istrinya lembut.

Rasyifa atau yang akan disapa Syifa, lahir prematur karena Hera pecah ketuban. Kandungan Hera baru menginjak bulan ke delapan. Ini sangat di luar rencana, beruntung karena akhir pekan. Sabian ada di rumah. Dan yang menyadari Hera pecah ketuban adalah Dhika.

Si mungil Syifa ditempatkan di dalam inkubator. Dan Hera harus terpisah dengan putri kecilnya setelah memberi ASI. Dhika dan Radhit tidak diizinkan masuk ke dalam kamar inap Hera. Kedua putranya itu kini terpaksa menginap di rumah mertuanya.

"Dhika sama Radhit ga bakal ngerepotin orang tua kamu, kan?" tanya Hera malamnya.

Sabian menggeleng, "Engga, Sayang."

"Mas..." panggil Hera menunggu suaminya menoleh ke arahnya, "Syifa yang terakhir, ya. Kita ikut program aja." lanjutnya.

Sabian mengangguk mengerti, "Iya, Sayang. Makasih udah jadi ibu yang baik buat anak-anak." ia mengelus puncak kepala istrinya.

"Ga kerasa, ya, Bi, udah dua belas tahun. Perasaan baru kemaren aku resign dan lahirin Dhika." Hera masih dalam keadaan bersandar di atas tempat tidurnya, menggenggam jemari suaminya.

Sabian mengecup lengan Hera sayang, "Ra, masih pengen kerja atau sekolah lagi?" tanyanya.

Hera mengernyit heran, "Kok, tiba-tiba nanya itu?"

"Soalnya aku tau kamu orangnya ga bisa diem di rumah. Terus nanti kalo Syifa udah rada gede, kamu bisa kerja lagi, kok." jelas Sabian.

Hera menggeleng pelan dengan senyumnya, "Aku udah ga kepikiran lanjut sekolah atau kerja lagi sebenernya. Aku udh menikmati pekerjaanku dari rumah jadi penulis. Dan yang bikin aku betah di rumah sekarang karena ads anak-anak. Ada kamu juga yang jadi alasan aku nunggu di rumah." jelas Hera.

Masih ada yg sabar nunggu cerita ini update ga sih?

Mau memberi kabar lagi kalo tugas ospekku bertambah, jadi maaf kalo ga bisa update tiap hari.

Oiya kalian boleh bgt mampir ke lapak baruku, judulnya #TEMANTAPIGAMENIKAH. Thank you!

Enjoy!

Love, Sha.

The Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang