Hari Sabtu ini, Dhika memiliki kegiatan bersama sekolahnya mengunjungi museum. Keluarga kecil yang biasa menghabiskan akhir pekan bersama, kini harus terpisah. Dhika akan selesai dengan kegiatannya sore hari. Hera dan Sabian akhirnya memilih menghabiskan akhir pekan di rumah.
"Kamu mau makan siang apa, Mas?" tanya Hera yang masih bersandar di lengan suaminya.
Mereka berdua kini menikmati acara televisi. Keduanya duduk di atas sofa. Ini akan menjadi hari malas mereka.
"Jalan ke luar aja, yuk! Nanti sorenya sekalian jemput Dhika." saran Sabian.
"Emang mau kemana?" Hera menolehkan wajahnya ke arah suaminya.
"PIM? Malmingan gitu?" tanya Sabian.
"Apasih, ngaco kamu. Udah punya anak satu juga." balas Hera terkekeh pelan.
"Serius, Ra. Kita udah lama ga ngobrol berdua tentang segalanya. Soalnya kamu sekarang kayaknya lebih sayang ke Dhika." Sabian pura-pura kesal.
Hera duduk tegak di kursinya, "Ya, udah. Ayo."
Kini, pasangan itu sudah berada dalam mobil Sabian. Tentu bukan hanya suara radio yang menemani perjalanan mereka, Hera dan Sabian terlibat pembicaraan serius. Mengenai sekolah Dhika. Putra mereka akan memasuki sekolah dasar dalam waktu dekat.
"Aku dari dulu pengen kalo punya anak cowok, masuk ke sekolah islam gitu. Soalnya pengen aja gitu dia diajari nilai-nilai dasar agama yang menurut aku bakal berguna di kehidupan dia seterusnya. Apalagi Dhika, kan, cowok, dia punya tanggung jawab lebih." jelas Hera.
"Kamu selalu punya rencana untuk semuanya." komentar Sabian.
"Kalo menurut kamu gimana?" tanya Hera.
"Kalo dari pemasukan aku, kita bisa kok nyekolahin Dhika di swasta. Tapi kalo ada negeri yang menurut kamu oke, juga gapapa. Kita pilih yang terbaik buat Dhika." balas Sabian.
"Kita tanya Dhika langsung aja nanti, ya, Mas. Aku juga ga mau maksa dia. Dia juga berhak milih buat masa depannya." saran Hera.
Sabian mengangguk.
Sampai di mall, Sabian terus menggandeng istrinya yang sedang hamil besar itu. Hera semangat jika diajak keluar rumah. Sabian tahu, istrinya suka berada dalam keramaian.
"Mau makan apa?" tanya Sabian.
"Teppanyaki?" Hera merangkul lengan kiri Sabian.
Sabian mengangguk.
Yeay! Through The City reaches 100k readers! Thank you!
Enjoy!
Love, Sha.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Step
Short Story[COMPLETED] Hera Anindhita dan Sabian Pratama diuji dalam kehidupan pernikahan mereka. Hera bersiap untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak. Sabian juga mendapat pengalaman pertamanya sebagai ayah. Mereka berdua berusaha menjadi orang tu...