09

10K 637 2
                                    

Dua hari setelah pernikahan Viya, Hera dan Mbak Dina resign. Hari itu adalah hari terakhir mereka datang ke kantor. Dua produser itu pasti akan dirindukan oleh karyawan lainnya. Mbak Dina dan Hera datang belakangan setelah menunaikan ibadah shalat ashar.

"Anak-anak pada kemana, Fi?" tanya Mbak Dina saat mendapati kantor yang sedikit sepi saat dia datang.

"Ga tau, Mbak." balas Rafi sedikit ragu.

Tak lama setelah Hera dan Mbak Dina mengambil duduk di kursinya, Anto datang dengan tergopoh-gopoh. Menarik napas sebentar, Anto baru memulai kalimatnya. Menjawab segala keheranan Hera dan Mbak Dina.

"Mbak Dina, Hera, itu... Anjani sama Ina bertengkar di rooftop." ucap Anto.

"Loh, kenapa mereka?" tanya Mbak Dina.

"Ina ngilangin flashdisknya Anjani yang isinya materi buat tayangan minggu depan." jelas Anto.

Ina dan Anjani. Keduanya memang sedikit ceroboh. Ditambah Anjani yang suka panik.

Mbak Dina mengusap wajahnya lelah, "Ayo,  Ra, kita ke sana."

Hera mengikuti langkah Mbak Dina. Anto, Rafi, dan beberapa karyawan lainnya mengikuti dari belakang. Mbak Dina yang dianggap paling senior tentu sangat dihormati.

Sampai di pintu rooftop, confetti menyambut kedatangan Mbak Dina dan Hera. Kedua produser itu sama-sama bingung. Rooftop sudah disulap sedemikian rupa. Terdapat tulisan 'Farewell' dari balon berwarna emas.

"Mbak Dina sama Hera pasti bingung. Ini pesta perpisahan untuk kalian yang mengajarkan kami banyak hal." jelas Ina dengan mikrofon yang ia pegang.

"Ini ada hadiah kecil dari kami." Anjani memberikan bingkai kepada Mbak Dina dan Hera.

Kedua produser pensiun dini itu membaca beberapa sticky notes yang tertempel di bingkai mereka masing-masing. Ternyata berisi kesan dan pesan yang berhasil Ina dan Anjani dapatkan dari beberapa karyawan lainnya.

Mata Hera berkaca-kaca.

"Mbak Dina silahkan kasih kesan pesannya buat kami." Ina meminta Mbak Dina untuk berdiri di tengah-tengah mereka.

Meraih mikrofon, Mbak Dina mulai berbicara, "Makasih buat dukungannya selama ini. Maaf, saya pasti banyak salah ke kalian. Semangat terus dan selalu kasih yang tebaik."

Hera mendapat operan mikrofon dari Mbak Dina, "Rasanya baru kemarin saya diterima kerja di sini. Makasih buat kalian semua. Di sini saya juga masih belajar. Maaf belum bisa kasih yang terbaik ke kalian. Jangan kecewain suami saya." Hera terkekeh di sela-sela tangisnya.

The Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang