10

10K 638 3
                                    

Malam ini, Hera menangis sejadi-jadinya. Impian yang menjadi nyata itu harus berakhir hari ini. Ia sedih bukan karena tidak rela. Hera menangis karena akhirnya semua perjuangannya di sana sudah selesai.

"Udah, Sayang. Kamu hebat." Sabian merangkul istrinya yang duduk di sampingnya.

"Aku masih ga bisa percaya bisa lewatin ini, Bi." Hera masih mencoba mengusap air matanya.

"Kamu udah bantu keluarga kamu, ibu kamu, bahkan kuliah Ares. Aku bangga sama kamu, Ra." Sabian mengusap lembut lengan Hera.

"Makasih, Bi. Makasih udah ngertiin aku." Hera kembali menitikkan air mata, "Adik kecil aku udah bisa menuhin kebutuhan finansialnya sendiri sekarang. Rasanya lega banget."

Hera dengan sejuta rencananya. Awalnya Sabian terkejut. Tapi saat melihat Hera bisa mewujudkannya, Sabian menjadi sangat kagum dengan istrinya. Ia menikahi wanita hebat yang bertahun-tahun baru ia temukan.

"Bi," Hera memanggil suaminya untuk mendengarnya, "Aku, kan, punya tabungan. Tabungan itu buat naikin ibu haji. Ares juga ngasih tabungannya buat itu. Gimana?"

"Itu, kan, tabungan kamu, Ra. Kamu bisa pake itu buat apapun. Aku dukung kamu." balas Sabian dengan senyum.

"Aku istri kamu. Apapun harus seizin suami, kan?" balas Hera.

"Iya, Sayang." Sabian dengan sabar mengerti wanitanya itu, ia senang.

Hera sudah melakukan banyak hal untuk dirinya sendiri juga keluarganya. Sekarang, saatnya ia melakukan banyak hal untuk keluarga barunya. Untuk Sabian dan anak mereka nanti. Maka dari itu, ia meminta resign dari kantor. Supaya ia fokus mengurus anak dan suami. Bukan hal yang merugikan.

Nanti ia bisa bekerja lagi setelah anaknya siap menghadapi dunianya. Hera ingin membekali anaknya nilai-nilai baik. Sehingga saat bermain di lingkungannya, anaknya tidak akan terbawa arus pergaulan yang tidak baik.

"Aku sayang kamu, banget." ucap Hera karena ia tidak paham lagi dengan sifat super pengertian yang dimiliki Sabian.

"Aku menikahi wanita dengan pemikiran hebat, Ra. Aku merasa malu karena belum memikirkan hal itu sama sekali." balas Sabian memeluk istrinya.

The Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang