42

5.7K 263 1
                                    

Sedikit berat untuk Hera meninggalkan Syifa di rumah dengan Nia. Walaupun hanya untuk setengah hari, tetap saja. Ini pertama kalinya Hera akan berada jauh dengan Syifa.

"Udah siap?" tanya Sabian yang sudah rapih dengan kemeja biru dongkernya.

"Bunda pergi dulu, ya, Syifa." pamit Hera pada putrinya, "Ibu, titip anak-anak, ya."

Ini adalah hari bersejarah bagi Hera. Film yang ia garap sejak tahun lalu, akan diputar perdana mulai hari ini. Hera jadi ingat, saat hamil, ia beberapa kali datang ke lokasi untuk melihat proses pengambilan gambar. Hera pergi ke premier dengan Sabian dan terpaksa meninggalkan anak-anak karena ini adalah hari sekolah.

Hera memakai blazer dan celana bahan berwarna soft-blue. Sabian seperti melihat istrinya beberapa tahun lalu saat siaran berita mendadak itu.

"Are you nervous?" tanya Sabian saat mobil mereka sudah mendekati lokasi premier.

Hera menarik napas, "Emang kamu engga?"

Sabian menggeleng sambil tersenyum.

Sampai di lobby, Sabian dan Hera sudah ditunggu Yunita, LO yang akan menemani mereka sampai di bioskop. Sabian dan Hera benar-benar terlihat serasi saat memasuki area bioskop yang sudah lumayan ramai dengan media dan penonton, juga beberapa artis yang diundang. Hera juga dapat melihat keenam sahabatnya sedang diwawancarai oleh media.

"Mbak Hera, kita interview bentar sama media, ya." Yunita meminta Hera untuk mengikutinya.

Dan Hera akhirnya menghadapi media bersama suaminya mengenai kisah cinta mereka yang diangkat ke dalam film. Hera mengatakan jika dirinya belum tahu hasil akhir  film yang akan ditayangkan dalam beberapa menit lagi itu.

"Gimana perasaan Pak Bian saat tau kalau cerita Bapak bakal difilmkan sama istri?" tanya reporter dari stasiun televisi miliknya.

Sabian masih tersenyum, "Ya, saya senang. Sama senangnya waktu Hera minta pendapat saya supaya cerita kami dibukukan. Mungkin pengalaman kami ada yang bisa diambil pelajarannya dan bisa menambah sudut pandang orang lain. Saya juga dukung apapun yang Hera lakukan." jelasnya.

"Mbak Hera, kenapa Mbak milik Mbak Nadia untuk jadi sutradara filmnya? Apa karena Mbak Nadia sahabat baik Mbak Hera?" tanya salah satu reporter.

Hera tersenyum, "Kalau mau tau alasannya, kalian bisa nonton film ini. Saya milih Nadia juga karena dia berkompeten dan saya ngasih kesempatan buat sahabat saya berkembang di bidang yang ia minati. Pokoknya Nadia ga bakal ngecewain."

Setelah wawancara singkat itu, Hera dan Sabian diminta masuk ke dalam studio untuk menyapa para penonton. Juga mereka akan menonton bersama dengan tamu undangan lainnya.

"Ra, selamat juga, ya, buat lo." Tarra memberi ucapan selamat pada sahabatnya yang baru saja menunjukkan batang hidungnya.

"Pokoknya, lo, Nadia, sama Zara keren!" seru Ratu.

Hera tersenyum melihat kehadiran sahabat-sahabatnya. Hera menepati janjinya untuk memberikan bukunya pada keenam sahabatnya secara gratis. Dan sekarang, Nadia menepati janjinya mengundang lima sahabatnya yang lain.

"I'm so proud of you, Ra." bisik Sabian.

"Thank you." balas Hera.

Maaf teman-teman. Part ini kelewat.

Enjoy!

Love, Sha.

The Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang