11

9.7K 621 1
                                    

Perasaan cemas Sabian saat meninggalkan Hera di rumah sendirian saat tanggal lahiran semakin dekat, terjawab siang itu. Beruntung Nia berkunjung di saat yang tepat bersama supir keluarga, Pak Jaya. Putrinya itu sudah mengalami kontraksi saat Nia datang.

Selama di perjalanan, tangan Hera meremas tangan Nia kuat. Menyalurkan rasa sakitnya.

"Sabar, Sayang. Bian juga lagi di jalan." Nia menenangkan putrinya yang sudah sedikit berkeringat.

Sementara di kantor, kehebohan terjadi. Setelah Sabian pamit kepada sekretarisnya, Tiara, kabar Hera akan melahirkan langsung menjadi kabar bahagia di kantor. Sabian juga mendapat bantuan moral dari rekan-rekannya yang memberi semangat.

Sabian sampai dengan seragam kantor masih melekat di tubuhnya. Sabian mencoba supaya dirinya tidak panik. Nia menyambut kedatangan Sabian.

"Masih pembukaan. Kita masuk ke dalam, ya. Dia butuh kamu." pinta Nia.

Sabian dan Nia menemani Hera di dalam ruangan. Menunggu pembukaan berikutnya. Butuh waktu lumayan lama karena dulu Nia juga mengalami hal yang sama saat akan melahirkan Hera.

Sabian mengelus telapak tangan Hera yang ia genggam, "Kamu bisa."

Hera mengangguk, ia merasakan sakit yang semakin bisa ia rasakan. Dokter Ghina menyatakan semuanya normal. Tenang sedikit dirasakan Sabian.

Hari ini tiba juga. Rasanya baru kemarin Sabian merasakan pergerakan di perut Hera. Sabian sebenarnya takut. Ini pengalaman pertamanya. Sabian semakin tegang saat Hera dipindahkan ke ruangan bersalin.

Hera merenas tangan Sabian. Menyalurkan rasa sakitnya pada Sabian. Setengah jam Hera berjuang, suara tangis bayi terdengar setelahnya. Hera menangis, Sabian juga. Rasanya benar-benar luar biasa. Sabian mencium kening Hera dengan sayang.

"Selamat Mbak Hera, Mas Bian, putranya sehat." dokter Ghina memberi selamat.

Hera dipindahkan ke kamar rawat. Setelah putra kecil mereka dibersihkan, Hera memberikan ASI pertamanya. Masih terasa luar biasa. Putranya tidur dengan lelap.

Hati Hera terasa hangat saat Sabian mengumandangkan adzan untuk putra mereka. Radhika Gilang Pratama. Nama penuh doa itu diharapkan dapat mengiringi setiap langkahnya.

"Makasih, Sayang." Sabian mengucapkan beribu terimakasih kepada istri hebatnya itu.

Nia menikmati momen itu dengan Ares yang mengabadikannya dengan kameranya. Keluarga Sabian datang selepas maghrib memberikan selamat kepada dua orang yang baru saja menjadi orang tua itu.

The Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang