23

7.4K 429 4
                                    

Hari ini akan menjadi hari tersibuk bagi Hera. Kegiatannya di hari itu dimulai menyiapkan segala kebutuhan Dhika dan Sabian. Selepas sarapan, Hera mengantar Dhika ke sekolah. Dan hari ini menjadi hari yang melelahkan karena Hera harus membeli kebutuhan bulan ini ke supermarket.

Hera baru bisa mengatur napasnya saat kembali ke Senada. Di sana sudah ada Tarra dan Nadia duduk manis di salah satu meja. Hera ikut duduk dengan mereka.

"Untung hari ini tugasnya bapak-bapak yang jemput anak-anak, ya." balas Nadia yang masih pening karena si kembar belum juga bisa akur.

Hera, Nadia, Liv, dan Tarra memang menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang sama. Kebetulan pula hari ini para suami mau berbaik hati menjemputi anak mereka.

"Eh, iya. Gue duluan, ya. Jemput Sierra dulu. Da-ah." Tarra beranjak terburu-buru karena takut telat menjemput putrinya.

"Tarra gila!" Nadia menggelengkan kepalanya maklum, "Masa lupa jemput anak sendiri."

Hera tersenyum, "Biasa lah..." ia sudah terbiasa dengan Tarra yang ceroboh.

"Ra, gimana rasanya jadi perempuan paling cantik di rumah?" tanya Nadia tiba-tiba, "Cowok kan mintanya diurusin, ya..."

"Mereka manja sama gue, tapi otomatis gue jadi paling disayang dan dijaga di rumah." balas Hera.

"Lo ga kepengen gitu punya anak perempuan?" tanya ibu si kembar Seira dan Sean, "Gue paling seneng bagia beli baju sama aksesori lucu gitu."

"Pengen, sih..." Hera menopangkan dagunya, "Cuma emang belom dikasih lagi aja. Lo tau sendiri gue pengen punya anak minimal cewek-cowok. Lo sih enak sekali ngelahirin langsung dua."

Ketika Nadia akan memberikan pendapatnya, terdengar suara kedua anak kembarnya yang sedang berdebat. Bisa dilihat suaminya itu kewalahan. Tak lama setelah Erlangga masuk, ada Sabian dan Dhika yang terlihat amat tenang.

"Bisa, ya, Bian sama Dhika anteng gitu." komentar Nadia.

"Sini dong, duduknya satu-satu. Jangan ke Umi semua." pinta Erlangga pada kedua anaknya saat melihat istrinya kewalahan.

"Kamu aja yang sama Abi aja, sana!" teriak Seira.

"Anjir, gue baru tau lo dipanggil Abi sama anak-anak." kalimat Sabian mendapat pelototan dari dua ibu yang sedang panik.

"Ga mau. Kamu aja!" Sean tidak mau kalah.

Nadia dan Hera bernapas lega karena anak-anak mereka tidak menyerap umpatan Sabian.

"Kamu!"

"Kamu!"

Erlangga mengangkat tubuh Seira, "Sini, kamu sama Abi aja."

Malam.

Kayaknya aku bakal jarang update sampe Juli. Lagi sibuk sama acara perpisahan sekolah.

Dan, one more important thing. Tulisan itu seni. Seni adalah media untuk menyampaikan perasaan dan pikiran. So, buat kalian yg suka masih nuntut penulis buat update atau gmn. Kalian ga bisa gitu. Berkarya itu ga bisa di paksa. Berkarya itu dari hati. Dan ini hasil karya aku.

Suka?
Stay.

Ga suka?
There's still a way to leave.

Thank you.

Love, Sha.

The Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang