47

5.6K 274 4
                                    

Hera baru saja selesai menjemur pakaian di halaman belakang saat seseorang menekan bel pintu rumahnya. Rumah Hera memang tidak dipagari, sehingga siapapun bisa dengan mudah menjangkau teras untuk menekal bel. Hera mencari kerudungnya sebelum membukakan pintu.

"Ya?" tanya Hera pada dua lelaki seumurannya ada di teras rumahnya, satu lelaki memakai jaket kulit dan yang satunya lagi bertopi.

"Maaf, benar ini kediaman Sabian Pratama?" tanya lelaki berjaket kulit itu.

"Benar. Ada apa ya, Pak?" tanya Hera.

"Kami dari kepolisian. Dan kami mendapat surat perintah untuk melakukan pemeriksaan pada Bapak Sabian Pratama." jelas lelaki yang Hera akhirnya ketahui berprofesi sebagai polisi itu.

Hera benar-benar tidak tahu apa yang menyebabkan suaminya terlibat dengan polisi, "Maaf, Pak. Tapi suami saya lagi ada di kantor."

"Ibu bisa antar kami?" tanya lelaki berjaket kulit itu lagi.

"Bisa, Pak. Silahkan duduk dulu. Saya mau siap-siap dulu, Pak." Hera meminta kedua polisi itu menunggu di teras.

"Kami tunggu." balas polisi itu.

Lima belas menit kemudian, Hera sudah siap. Ia ikut bersama dua polisi itu dalam mobil SUV milik salah satu polisi tidak berseragam itu. Sampai di kantor, hanya polisi berjaket kulit yang ikut bersama Hera ke lantai empat. Kehadiran Hera mendapat perhatian beberapa karyawan dan rekannya dulu.

Hera berpapasan dengan Daffa, "Loh, Ra?" tanya lelaki itu.

"Bian ada?" tanya Hera.

Daffa mengangguk, "Ada di ruangannya." ia melirik sekilas lelaki berjaket kulit yang ada di di belakang Hera, "Lo ngapain?" lanjutnya pada Hera.

Hera membalasnya dengan tatapan, "Gue duluan."

Dan Daffa tahu, sesuatu yang tidak beres di perusahaan berlanjut. Ia hanya berharap Sabian akan baik-baik saja.

Tiara yang mejanya berada di luar ruangan Sabian langsung mempersilahkan Hera masuk. Ia juga keheranan dengan lelaki yang mengikuti di belakang Hera.

"Hera?" tanya Sabian hera di balik mejanya.

"Silahkan, Pak." Hera mempersilahkan lelaki di belakangnya menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya.

"Selamat pagi, Pak Sabian. Saya dari kepolisian. Dan saya mendapat surat perintah untuk melakukan pemeriksaan pada Bapak. Bisa ikut saya ke kantor polisi?"

Sabian tahu namanya juga akan ikut terseret dalam kasus ini, ia mengangguk, "Bisa, Pak."

Tatapan Hera pada Sabian penuh tanya. Sabian tahu, ia harus menjelaskannya cepat atau lambat. Ia hanya terlalu takut Hera akan meninggalkannya.

"Saya boleh ikut, Pak?" tanya Hera pada polisi itu.

"Boleh."

Hera ikut mendampingi suaminya ke kantor polisi selama pemeriksaan. Ia berharap supaya semuanya baik-baik saja walaupun kemungkinannya sangat kecil. Dan ia kembali meminta Pak Jaya menjemput Radhit dan Syifa ke sekolah.

Enjoy!

Love, Sha.

The Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang