Semenjak Hera kembali bekerja di Senada, coffee shop yang Hera kelola, teman-teman Hera menjadikan Senada sebagai tempat berkumpul. Saat pembukaan satu bulan yang lalu, teman-teman dari kantor lama Hera pun ikut datang dan merasa Senada adalah tempat yang cocok untuk melepas lelah.
"Mbak, Kafkanya ada?" Reina, perempuan bertubuh mungil yang baru saja berpapasan dengan Hera, mencari suaminya.
Hera tersenyum, "Di belakang, tuh. Susulin aja."
"Oke, makasih, Mbak." balas Reina yang kemudian berlalu.
Hera kembali ke pekerjaannya menata beberapa cake di dalam etalase. Saat kedai kopi itu buka, waktunya Hera menjemput Dhika. Setelah itu, Dhika biasanya bersemangat jika Hera mengajaknya kembali ke kedai. Dhika suka bertemu dengan orang baru. Hal itu membuat Hera sedikit khawatir karena bisa saja Dhika diculik dengan sifatnya yang mudah dekat dengan orang yang baru dikenalnya.
"Dhika mau ke tempat Ayah, ga?" tanya Hera menghampiri Dhika yang sedang bermain-main di ruangannya.
Dhika yang sedang sibuk dengan buku bergambarnya menoleh, "Kantor Ayah, Nda?" tanyanya antusias.
Hera mengangguk, "Iya."
Dhika mendongak ke atas dengan dahi berkerut, "Emang boleh, Nda?"
"Boleh, dong. Mau makan siang sama Ayah, kan?" balas Hera.
Dhika dengan semangat meraih tangan Hera, "Ayo, Nda!"
Ini adalah kali pertama bagi Dhika untuk pergi mengunjungi kantor Sabian. Karena Sabian bilang hari ini ia tidak begitu sibuk, akhirnya Hera memutuskan untuk mengajak Dhika ke kantor ayahnya. Membawa beberapa cup kopi dari Senada dan tentu makan siang, Hera dan Dhika sedang berada di dalam lift.
Begitu lift sampai di lantai empat dan pintunya terbuka, semua yang menunggu menatap terkejut kehadiran Hera. Ada Ina, Anto, Rafi, dan beberapa juniornya dulu.
"Loh, Ra. Ngapain ke sini?" tanya Ina, "Eh, ada Dhika juga." perhatian Ina teralihkan ke arah bocah tampan itu.
Hera hanya tersenyum karena pintu lift yang sudah perlahan menutup.
"Dhika jangan berisik, ya. Di sini banyak karyawan Ayah yang lagi kerja." Hera memperingati putranya yang cukup hiperaktif itu.
"Siap, Bunda!" Dhika berlarian kecil di depan Hera dengan semangat.
"Ti, Bian ada?" tanya Hera saat sampai di hadapan Tiara yang sedang menyantap makan siangnya.
Tiara menaruh kotak bekalnya di atas meja, "Ada, Mbak. Tapi lagi ada tamu."
Hera melirik sebentar ke ruangan berdinding kaca itu, "Oh, oke. Makasih, Ti."
Konflik mulai di chapter selanjutnya ya, hihihi...
Love, Sha.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Step
Short Story[COMPLETED] Hera Anindhita dan Sabian Pratama diuji dalam kehidupan pernikahan mereka. Hera bersiap untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak. Sabian juga mendapat pengalaman pertamanya sebagai ayah. Mereka berdua berusaha menjadi orang tu...