46

5.6K 287 2
                                    

Sabian kembali mendapat pekerjaan di luar kota sebagai pembicara. Hera selalu mengalami kesulitan tidur jika Sabian tidak ada di rumah. Hera duduk di ruang makan dengan segelas air putih yang ia teguk beberapa kali.

Dari tangga, Dhika bisa melihat bundanya. Dhika juga kesulitan tidur malam ini. Ia menghampiri bundanya dan duduk dihadapannya.

"Kok, kamu belum tidur, Sayang?" tanya Hera keheranan melihat kehadiran putranya.

Dhika mengamati wajah bundanya beberapa saat, "Ga bisa tidur, Bunda."

"Bunda..." panggilan Dhika membuat Hera mendongak, "Ayah sama Bunda lagi ada masalah, ya?"

Hera membalas pertanyaan Dhika dengan tatapan heran.

"Ayah sibuk. Bunda juga banyak diem kalo Ayah ga ada. Bunda banyak pikiran? Bunda bisa cerita ke Dhika kalo Bunda mau. Dhika bukan anak kecil lagi, Dhika juga perlu tau apa masalah yang Ayah sama Bunda hadapi. Siapa tau, Dhika bisa bantu." jelas Dhika yang membuat Hera sadar putranya sudah tumbuh dewasa.

Hera menggenggam salah satu tangan Dhika yang ada di atas meja, "Kantor Ayah lagi ada masalah." matanya sudah berkaca-kaca.

"Bunda kadang ga sadar kalo kamu udah tumbuh besar, Sayang. Makasih udah nanya ke Bunda, ya." air mata Hera sudah tidak bisa dibendung.

Siapa yang tidak terharu jika anak bisa lebih bijak dari orang tuanya? Hera benar-benar bersyukur karena Dhika bisa bersikap dewasa.

"Bunda jangan sedih. Dhika, Radhit, sama Syifa di sini. Kalo Ayah kesulitan, kita harus dukung." Dhika mencoba menguatkan bundanya.

Hera mengangguk sembari menghapus air mata di pipinya, "Makasih, ya, Nak."

"Kita harus sering ngobrol kayak gini, Bunda. Dhika udah bisa diajak ngobrol kayak orang dewasa, kok." balas Dhika.

Hera mengangguk, "Kamu tidur, ya. Besok, kan, sekolah."

"Iya, Bunda. Bunda juga tidur. Kita ke atas bareng, yuk, Bun." balas Dhika.

Hera pun ikut bangkit dari duduknya.

"Bunda jangan sedih lagi. Dhika sayang Bunda." ucap Dhika sebelum berpisah dengan bundanya malam itu.

Hera benar-benar terharu. Ia banyak bersyukur untuk keluarga kecilnya ini. Dhika memang anak yang tulus. Hera selalu mendoakan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Kindly check part 42. Because I just added a new part since part 42.

Enjoy!

Love, Sha.

The Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang