Selama empat bulan terakhir, Hera jadi sering bertemu dengan Nadia dan Monica untuk mengerjakan skrip. Ya, Hera sendiri yang akan mengalihkan naskah novelnya menjadi skrip. Pagi itu, Nadia datang ke kediaman Hera untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Mereka banyak berdiskusi tentang sudut pandang kamera dan gestur lainnya.
"Lo rada aneh ga, sih, nulis skrip tentang diri lo sendiri?" tanya Nadia yang sedang memeluk satu toples keripik pisang di samping Hera.
Hera menoleh sambil tertawa kecil, "Rada aneh, sih. Apalagi ini bukan fiksi buat gue. Dan kalo ada yang perlu diubah rasanya gue kurang sreg aja gitu."
Nadia mengangguk pelan, "Semoga ini revisi yang terakhir, ya, Ra. Biar kita langsung casting kan cakep."
"Makanya lo udahin dong permintaannya." balas Hera masih fokus menatap layar laptopnya, ini sudah revisi ke-tiga belas.
Nadia malah tertawa jahat sambil mengunyah keripiknya. Nadia memang sangat serius dalam hal ini. Bisa diingat oleh Hera, mereka banyak berdebat dalam pembuatan naskah saat SMA. Tapi Hera tahu Nadia memiliki sudut pandang terbaik, maka dari itu Hera lebih banyak menurut kali ini.
Tak ada yang berbicara di ruangan itu. Hanya suara ketikan Hera dan suara musik yang menemani keduanya. Nadia dan Hera sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing. Ini jenis keheningan yang nyaman, tidak ada kecanggungan.
"Cuma scene tujuh belas, kan?" tanya Hera menyerahkan laptopnya pada Nadia.
Nadia beringsut menuju meja. Ia membaca tulisan yang baru saja Hera ubah. Setelah ini, naskah itu akan dicetak dan dikirimkan pada Monica. Tentu jika lulus sensor seorang Nadia Afifah.
Nadia mengangguk-angguk, "Oke. Cetak, Ra."
Hera bersandar pada sofa, bernapas lega. Tugasnya kali ini selesai. Senang rasanya bekerjasama dengan teman. Sebelum dengan Nadia, Hera juga bekerjasama dengan Zara. Sahabatnya itulah yang membuat ilustrasi sampul buku On Your Side. Zara benar-benar memenuhi ekspektasinya.
"Lo harus ikut cari castingnya, ya, Ra." celetuk Nadia.
"Loh, kenapa?" tanya Hera heran.
"Pengen nemu yang bikin lo klik aja gitu. Apalagi kan ini cerita tentang lo. Lo juga pasti bisa kasih penilaian aktor dan aktris mana yang mirip lo sama suami lo. Kalo karakter udah oke, proses reading bisa lebih gampang." jelas Nadia panjang lebar.
Hera mengangguk, "Oke, deh."
Halow... Kemaren aku ga update soalnya mati lampu, terus seharian batre hp tinggal 7%, dan internet pun ga jalan. Jadi ini buat bayar yang kemaren. And for the next day, aku gabisa janji bakal update tiap hari.
Enjoy!
Love, Sha.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Step
Conto[COMPLETED] Hera Anindhita dan Sabian Pratama diuji dalam kehidupan pernikahan mereka. Hera bersiap untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak. Sabian juga mendapat pengalaman pertamanya sebagai ayah. Mereka berdua berusaha menjadi orang tu...